[VIDEO] RAZIA TOPENG MONYET DI JAKARTA Pemprov DKI Razia Topeng Monyet Jadi Sorotan Media Internasional. Langkah Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk merazia topeng monyet di jalan-jalan ibukota mendapat sorotan dari media internasional. Kantor berita Inggris, BBC, Selasa, 22 Oktober 2013 menurunkan sebuah tulisan berjudul "Monyet Korban Eksploitasi, Dirazia dari Jalanan Jakarta."
Menurut laporan organisasi penyelamat binatang, Jakarta Animal Aid (JANN) yang dikutip BBC, sudah ada 11 monyet dari 350 ekor yang disita Pemda DKI Jakarta. Mereka kemudian dibawa ke tempat penangkaran.
Hal itu disampaikan Juru Bicara JANN, Femke Den Haas. Menurut Haas, operasi yang dilaksanakan Pemprov DKI mulai dari Senin kemarin, menjadi penanda berakhirnya penderitaan makhluk primata itu selama bertahun-tahun ketika menjadi penghibur jalanan.
Hewan primata itu sering didandani dan dijadikan pengamen jalanan sehingga menarik penonton dalam jumlah besar.
"Kami telah mengkampanyekan penentangan terhadap penggunaan monyet sebagai penampil di jalanan sejak tahun 2009 silam, karena mereka menjadi korban dari perlakuan kejam," ungkap Haas.
Penderitaan sadis yang diterima para monyet itu, lanjut Haas, antara lain gigi mereka dicabut. Belum lagi para monyet itu kerap dibiarkan kelaparan dan digantung dalam posisi terbalik dalam jangka waktu lama.
"Mereka semua trauma dan membutuhkan paling tidak waktu tiga bulan dalam penangkaran sebelum dilepas ke alam liar," kata dia.
Di habitatnya nanti, ujar Haas, para monyet ini tidak boleh disatukan dengan monyet lainnya yang sudah lebih dulu menghuni habitat tersebut. Selain karena disiksa, para monyet ini, kata Haas juga dapat menularkan berbagai penyakit berbahaya kepada manusia.
Hal itu disimpulkan berdasarkan pemeriksaan terhadap 40 monyet jalanan yang disita tahun 2012 silam oleh pejabat berwenang. Dari hasil penyitaan itu, diketahui mereka membawa bibit penyakit seperti TBC, hepatitis, dan leptospirosis.
Bibit penyakit itu diduga ditularkan dari kandang tempat mereka ditempatkan. Seringkali kandang tersebut mengandung parasit.
"Hal itu membuat kehidupan makhluk itu semakin menyedihkan, karena selain mengandung parasit, ukuran kandangnya juga sangat kecil," kata Haas.
Oleh sebab itu, Pemprov DKI Jakarta semakin membulatkan tekadnya untuk segera merazia semua monyet jalanan. Awalnya, kegiatan razia baru akan dilakukan di awal tahun 2014 mendatang. Namun mereka terpaksa bergerak lebih awal karena kondisi tempat para monyet itu tinggal, lebih mengerikan dari yang dibayangkan.
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sudah mulai menyebar poster untuk mengkampanyekan program tersebut. Tujuannya, supaya masyarakat mulai memahami dan sadar soal bahayanya isu tersebut.
"Ini tidak hanya berkaitan dengan penampilan topeng monyet di jalanan, tetapi juga bibit penyakit seperti rabies dan penyakit lainnya yang dapat mereka tularkan. Oleh sebab itu, kami ingin agar Jakarta terbebas dari topeng monyet dan kami mulai merealisasikan program itu pekan ini," kata Jokowi kepada media lokal.
Selain itu, mantan Walikota Solo tersebut, menyadari isu eksploitasi hewan mamalia itu sudah mulai menjadi sorotan dunia internasional.
"Oleh sebab itu Pemkot akan bertindak secepatnya untuk menyelamatkan mereka," kata Jokowi.
Monyet-monyet yang disita itu lanjut Jokowi berada di bawah pengawasan Dinas Pertanian dan Kelautan Jakarta, sementara para pawang akan dilatih kemampuan baru untuk dapat memperoleh pekerjaan lain. Pemda juga berencana akan memberikan dana kompensasi kepada para pawang yang monyetnya disita.
"Kami akan memikirkan soal para pawangnya nanti. Lagi pula sebaiknya diingat, mayoritas para pawang ini bukanlah penduduk Jakarta," ujarnya.
Diberi Ganti Rugi Rp1 Juta, Pawang Monyet Tak Puas
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo mengaku iba melihat 10 monyet yang ditangkap dalam razia kemarin sore. Monyet-monyet itu akan segera diperiksa dan dibawa ke Taman Margasatwa Ragunan. Namun, penangkapan kelompok pertunjukan topeng monyet ini mendapat protes dari para pawang.
Salah seorang pawang bernama Gofur mengaku bingung ke mana harus mencari nafkah bila usahanya dilarang. Selain itu, kata dia, ganti rugi yang ditawarkan tidak seimbang dengan modal.
"Kami belum tahu berapa ganti ruginya? Katanya Rp1 juta. Itu tidak bakal cukup. Modal kami lebih. Saya beli monyet Rp700 ribu, beli alat musik sama peralatan Rp800 ribu. Kalau buka tambal ban saja modalnya Rp3 juta," kata Gofur yang menjadi pawang topeng monyet sejak dua tahun lalu di Lapangan Monas, Rabu, 23 Oktober 2013.
Gofur merasa sudah nyaman dengan profesi itu. Dengan membuat atraksi topeng monyet keliling kampung, dia mendapat penghasilan Rp50 ribu per hari.
Mendapat keluhan itu, Jokowi berjanji untuk mencarikan jalan ke luar. "Masalah monyetnya sudah beres. Sekarang masalah pawangnya. Saya sudah bicara sama mereka ada yang mau jualan sayur, buka tambal ban dan macam-macam," ujar Jokowi.
Mantan Wali Kota Solo ini mengaku sudah memerintahkan Dinas Sosial untuk memfasilitasi para pawang. "Kami pasti selesaikan dan carikan solusi buat para pawang yang mau ganti usaha."
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
No comments:
Post a Comment