[FOTO] KISAH SERSAN USMAN JANTIN DAN HARUN PAHLAWAN NEGARA DIGANTUNG DI SINGAPORE Isi Surat Terakhir Usman Janatin Sebelum Digantung. Bagi keluarga sosok Sersan Usman Janatin adalah pribadi yang membanggakan. Dia pahlawan yang berani menjalankan tugas berat demi negara. Saat itu taruhannya memang tertangkap dan dihukum mati.
Pada tahun 1964 saat itu memang terjadi konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia. Perang tersebut berawal dari keinginan Federasi Malaya yang lebih dikenali sebagai Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang tidak sesuai dengan perjanjian Manila Accord.
Keinginan tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia sebagai 'boneka Inggris' dan merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di
Indonesia.
"Saat itu dia baru pulang bertugas Trikora di Irian Barat. Belum lama pulang dia dikirim lagi untuk tugas Dwikora ke Singapura untuk menggagalkan pembentukan negara Malaysia boneka Inggris," jelas Artojo ditemui di rumahnya di Purbalingga beberapa waktu lalu.
Usman merupakan anggota KKO yang disusupkan ke Singapura melalui jalur laut pada 8 Maret 1965. Bersama dua sukarelawan lainnya dia mengebom obyek vital di Singapura untuk membuat kepanikan warganya. Usai mengebom, Usman gagal kembali kepangkalan karena tertangkap oleh patroli laut setelah motorboat yang dikemudikannya kehabiasan bahan bakar.
"Usman tertangkap dan dijebloskan di penjara changi selama 3,5 tahun. Selama di dalam penjara dia selalu mengirimkan surat kepada keluarga disini. Dalam surat terakhirnya sebelum dia di hukum gantung dia berpesan kepada keluarganya agar tabah mendengar kabar duka atas telah diputuskannya hukuman mati terhadap dirinya serta berharap keluarga ikhlas dan dia memohon ampunan," ungkapnya.
Usman dihukum gantung pada 17 Okteber 1968. Sebelum digantung ia sempat meminta agar jenazahnya dimandikan dengan air dari Indonesia dan dimakamkan di tanah bumi pertiwi. Kini jenazahnya telah dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata. Sejumlah fotocopian surat-surat Usman saat masih dipenjara serta bukti penghargaan, album foto dan data-data lainnya masih tersimpan rapih di rumah mungilnya.
"Yang saya simpan saat ini adalah fotocopian surat-surat Usman saat di penjara. Yang aslinya sudah di musiumkan di Jakarta, jelasnya.
Saat ini untuk mengenang kepahlawanannya, Nama Usman Janatin diabadikan menjadi nama taman kota di Purbalingga.
Isi Surat Usman Janatin
Sebelum dihukum gantung oleh pemerintah Singapura, Sersan Usman Janatin sempat mengirimkan surat terakhir kepada kedua orang tuanya dan keluarganya. Isi surat yang saat ini sudah ditulis ulang tersebut berisi tentang permohonan maaf dan menyampaikan berita duka setelah permohonan ampunan tidak dikabulkan pemerintah Singapura.
"Surat aslinya sudah dimusiumkan di Jakarta, yang ada di sini hanya fotokopian dan surat yang sudah ditulis ulang," kata Siti Rodiah, kakak kandung Usman Janatin, Sabtu (8/2/2014).
Berikut isi surat terakhir Usman Janatin yang dituliskan sewaktu dia di dalam penjara Changi, Singapura:
Changi prison, 16 Oktober 1968
Dituturkan
Bunda ni Hadji Mochamad Ali;
Tawangsari,
Dengan ini anaknda kabarkan bahwa hingga sepeninggal surat ini mendo'akan Bunda, Mas Chuneni, Mas Matori, Mas Chalimi, ju Rochajah, ju Rodijah dan Tur serta keluarga semua para sesepuh Lamongan dan Purbalingga serta Laren Bumiayu.
Berhubung tuduhan dinda yang bersangkutan dengan nasib dinda dalam rajuan memberi ampun kepada Pemerintah Republik Singapura tidak dikabulkan, maka perlu anaknda haturkan berita-duka kepangkuan Bunda dan keluarga semua disini, bahwa pelaksanaan hukuman mati keatas anaknda telah diputuskan pada 17 Oktober 1968 hari Kamis.
Sebab itu sangat besar harapan anaknda menghaturkan Sujud dihadapan Bunda, Mas Chuneni, Mas Matori, Mas Chalimi, Ju Rochajah, Ju Rodijah dan Turijah, para sesepuh Lamongan, Purbalingga dan Laren Bumiayu, Tawangsari dan djatisaba; sudi kiranja mechichlaskan mohon ampun dan maaf atas semua kesalahan yang anaknda sengaja maupun jang tidak anaknda sengaja.
Anaknda "disana" tetap memohonkan keampunan dosa dan kesalahan Bunda dan Saudara semua di Lamongan,Purbalingga dan Laren Bumiayu, Tawangsari dan Djatisaba; pegampunan kepada tuhan Yang Maha Kuasa. Anaknda harap dengan tersiarnja kabar jang menjedihkan ini tidak akan menjebabkan akibat jang tidak menjenangkan, bahkan jang telah menentukan nasib anaknda sedemikian umurnja.
Sekali lagi anaknda mohon ampun maaf atas kesalahan dosa anaknda kepangkuan Bunda, Mas Chuneni, Mas Matori, Mas Chalimi, Ju Rochajah, Ju Rodijah dan Turijah, dan keluarga Tawangsari, Lamongan, Djatisaba Purbalingga dan Laren Bumiayu.
Anaknda
TTD
Oesman b,H,Moch. Ali, al, Janatin,-
Keluarga Usman Janatin di Purbalingga Mendukung Nama KRI Usman Harun
Keluarga Sersan Usman Janatin di Dukuh Tawangsari, Desa Jatsaba, Kecamata Purbalingga, Purbalingga, Jawa Tengah mendukung langkah pemerintah dan TNI AL yang akan memberi nama kapal perangnya dengan nama KRI Usman Harun. Rencana pemberian nama KRI Usman Harun ini menjadi menuri keprihatinan Singapura.
"Itu kan sudah prosedurnya pemberian nama KRI Usman Harun, Jadi untuk apa Singapura mempermasalahkannya," kata Siti Rodiah, kakak kandung Usman Janatin.
Menurut dia, pemberian nama Usman Harun merupakan wewenang pemerintah Indonesia terutama TNI AL Permasalahan yang sudah berlalu untuk apa diungkit lagi.
"Mungkin menurut Singapura mereka teroris, tapi bagi bangsa Indonesia mereka pahlawan," jelas Rodiah sambil menunjukan foto dan surat terakhir Usman.
Dia menjelaskan, hampir setiap tahun dirinya dan keluarga berziarah ke makam Usman di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Biasanya ziarah ke makam Usman saat bertepatan dengan ulang tahun hari Marinir.
"Tarakhir tanggal 15 November 2013 kemarin dan hampir setiap tahun kita pasti berziarah," ujarnya.
Sersan Usman dan Kopral Harun adalah prajurit KKO TNI AL. Keduanya ditangkap pihak Singapura pada 1964 lalu. Usman dan Harun tengah melaksanakan misi Dwikora mencegah pembentukan negara negara yang disebut Soekarno 'boneka Inggris'.
Kedua anggota KKO itu melakukan pemboman perkantoran di Singapura. Namun saat melarikan diri, motor boat yang ditumpangi keduanya mogok, hingga akhirnya ditangkap patroli laut Singapura. Keduanya pada 1968 dihukum gantung di Singapura.
Makam Usman dan Harun di TMP Kalibata
Dua pahlawan Indonesia, Usman dan Harun, kini mencuat namanya karena polemik yang muncul dengan Singapura soal rencana penamaan Kapal TNI. Bagaimana cerita soal makam tersebut?
detikcom berkesempatan menyambangi pusara keduanya di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (7/2/2014).
"Keluarga ada yang ke sini, tapi jarang. Paling-paling lebaran ke sini," kata seorang pria paruh baya yang bertugas membersihkan makam.
Keluarga Usman dan Harun memang berasal dari daerah yang jauh dari Jakarta. Usman berasal dari Purbalingga Jawa Tengah, dan Harun berasal dari Pulau Keramat Bawean.
"Paling KASAL (Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio) juga sering ke sini, waktu ulang tahun wafatnya almarhum," lanjut pria itu.
Makam keduanya terletak di Blok D, sekitar 50 meter dari gerbang utama, dan 20 meter dari danau TMP Kalibata. Mereka dimakamkan berdekatan.
Bersih, rapi, dan tertata, layaknya prajurit yang sedang berbaris, itulah kesan yang tertangkap di TMP Kalibata. Nisan Harun bernomor 50, dan nisan Usman bernomor 51.
Seperti makam-makam pahlawan lainnya, ada helm tentara bercat perak di nisan bermaterial batu dan berkerikil granit. Helm tersebut menutupi bohlam merah kecil di bawahnya. Ada pula kendi tembikar kecil yang diletakkan di samping papan nama.
Terpahat tulisan di nisan nomor 51, "Usman Bin H Ali alias Djanatin, Sersan II.KKO, Lahir: 18-3-1943 Gugur:17-10-1968."
Juga di nisan nomor 50, "Harun Alias Tohir Bin Mahdar, Kopral.KKO, Lahir: 4-4-1947, Gugur: 17-10-1968."
Usman dan Harun menghembuskan nafas terakhirnya dengan tragis namun heroik. Mereka dihukum mati pihak Singapura lantaran melaksanakan tugas Indonesa, mengebom salah satu gedung di Singapura.
Tanggapan Istana Soal Keprihatinan Singapura Atas KRI Usman Harun
Singapura keberatan dengan penamaan KRI Usman Harun. Apa tanggapan Istana?
"Belum ada komentar dari Bapak Presiden, yang jelas sudah dilakukan proses yang dilakukan pemerintah yang lazim. Artinya tentu penamaan kapal perang yang diambil dari nama pahlawan nasional saya kira tidak hanya di Indonesia, tapi juga di negara lain," ujar Jubir Presiden Julian Aldrin Pasha di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (7/2/2014).
Julian yakin keprihatinan Singapura tidak akan menggangu hubungan Indonesia-Singapura. "Saya kira tidak, karena memang usulan itu dikelola Kemenhan. Menhan sudah memberikan penjelasan soal hal itu," tutupnya.
Sersan Usman dan Kopral Harun adalah prajurit KKO TNI AL. Keduanya ditangkap pihak Singapura pada 1964 lalu. Usman dan Harun tengah melaksanakan misi Dwikora mencegah pembentukan negara-negara yang disebut Soekarno 'boneka Inggris'.
Kedua anggota KKO itu melakukan pemboman perkantoran di Singapura. Namun saat melarikan diri, motor boat yang ditumpangi keduanya mogok, hingga akhirnya ditangkap patroli laut Singapura. Keduanya pada 1968 dihukum gantung di Singapura.
Soal Nama Jalan dan Kompleks Usman Harun di Jakarta Timur
Nama Jalan Prapatan di Jakarta Pusat akan diganti menjadi Jalan Usman Harun, dua anggota marinir AL yang menjadi pahlawan nasional. Namun ternyata nama 'Usman Harun' sudah lebih dulu digunakan sebagai nama jalan dan kompleks perumahan di Jakarta Timur.
Nama jalan dan kompleks Usman Harun terletak dekat pool bus TransJakarta di Cawang, tak jauh dari terowongan UKI, Jakarta Timur. Tepatnya berada di Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur.
Ketua Lembaga Musayawarah Kelurahan (LMK) RW 05 Kelurahan Kebon Pala, Makasar, Jaktim, Anwar menuturkan nama Usman Harun untuk jalan dan kompleks di wilayahnya sudah digunakan sejak tahun 1970-an. Penggunaan nama 'Usman Harun' pada jalan dan kompleks perumahan di sana berawal dari konflik antara kelompok Arafat dan kelompok Soedomo dari TNI AL.
Menurut Awam, panggilan Anwar, keluarga Arafat pada saat itu terlilit utang sehingga tanah dan hartanya disita oleh bank.
"Kemudian tanah itu dibangun rumah dinas perwira tinggi TNI AL. Waktu itu Pak Domo (Soedomo, red) membangun tugu Usman Harun. Sebelum tugu itu dibuat, ada Yayasan Yasoma, sehingga nama jalannya disebut Jalan Yayasan Semoga Maju (Yasoma, red). Kira-kira diakhir pengujung tahun 1970 nama jalan diubah menjadi Usman Harun sampai dengan sekarang," ujar Awam .
"Patokannya dari Gedung UP TransJ sampai dengan gapura Komplek TNI AL Usman Harun," tambahnya.
Awam mengaku mengenal sosok pahlawan nasional Usman Harun dari cerita kawan-kawannya di lingkungan TNI AL yang tinggal di wilayah tersebut. Dari penuturan mereka, kata Awam, Usman Harun adalah pejuang nasional yang akhirnya dihukum gantung oleh pemerintah Singapura.
Jalan di Jakarta yang Akan Berganti Nama Jadi Usman-Harun
Nama pahlawan Indonesia yang gugur lantaran melaksanakan tugasnya di Singapura, Usman dan Harun, akan diabadikan menjadi nama jalan dan monumen di kawasan Jakarta Pusat. Seperti apa jalannya?
Kadispen TNI AL Laksamana Pertama Untung Surapati mengatakan, jalan yang akan mengabadikan nama keduanya ada di kawasan Tugu Tani, Jakpus. Jalan tersebut sekarang masih bernama Jl Prapatan.
Saat didatangi, Jumat (7/2/2014), pelang Jl Prapatan masih terlihat. Meski sudah ada persetujuan Gubernur DKI Joko Widodo, belum bisa dipastikan kapan nama jalan ini berganti.
Jalan ini terletak di sebelah timur Tugu Tani, dekat dengan Kramat Kwitang, Jakarta Pusat. Nuansa militer memang kental karena ada Graha Marinir di jalan ini.
Selain nama jalan, TNI AL juga akan membangun monumen khusus di depan Graha Marinir. Namun hingga kini pembangunannya belum terlihat.
Salah seorang prajurit itu menunjuk ke arah taman cukup asri di tengah jalan berpolusi, perbatasan antara Jalan Prapatan dengan Jalan Kramat Kwitang. Kemungkinan besar, di situ pembangunan monuman akan dilakukan.
Masalah KRI Usman Harun dengan Singapura Sudah Selesai
Menlu Marty Natalegawa memberi penjelasan soal polemik KRI Usman Harun yang memancing reaksi Singapura. Menurut Marty, persoalan ini sudah selesai, penamaan KRI itu adalah hak dan wewenang Indonesia.
"Penamaan kapal perang itu kan melalui suatu proses, dan itu wewenang kita. Kita sudah menyampaikan kepada mereka. Masalahnya sudah selesai," jelas Marty di kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta, Jumat (7/2/2014).
Menurut Marty penamaan kapal perang itu sudah sesuai prosedur, sesuai ketentuan dan pola yang sudah ditetapkan. Singapura juga tidak pernah mengirimkan langsung surat keberatan.
"Nggak ada. Mereka memang menyampaikan keprihatinan, kita semata mencatat saja keprihatinan mereka," terang Marty.
"Kita sudah mencatat keprihatinan mereka. Mereka sudah mengetahui bahwa ini sesuatu yang sudah kita putuskan," tambahnya lagi.
Sersan Usman dan Kopral Harun adalah prajurit KKO TNI AL. Keduanya ditangkap pihak Singapura pada 1964 lalu. Usman dan Harun tengah melaksanakan misi Dwikora mencegah pembentukan negara negara yang disebut Soekarno 'boneka Inggris'.
Kedua anggota KKO itu melakukan pemboman perkantoran di Singapura. Namun saat melarikan diri, motor boat yang ditumpangi keduanya mogok, hingga akhirnya ditangkap patroli laut Singapura. Keduanya pada 1968 dihukum gantung di Singapura.
Museum Usman Janatin yang Terhenti Pembangunannya
Untuk mengenang jasa Sersan Usman Janatin, di sekitar rumah pahlawan nasional tersebut dibuatkan satu museum, Museum Usman Janatin namanya. Museum itu dibuat dari kucuran dana bantuan Internasional.
"Ini dapat bantuan dana internasional," kata Siti Rodiah, kakak kandung Usman Janatin ketika ditemui Sabtu (8/2/2014). Namun Rodiah tak menyebutkan, lembaga internasional mana yang bersedia mengucurkan dana untuk membangun museum itu.
Menurut dia, museum yang masih dalam tahap pembangunannya tersebut pertama kali diusulkan oleh pemerintah desa setempat yang menginginkan tokoh pahlwan nasional tersebut dibuatkan museum untuk menampung koleksi barang-barang berharga Usman dan untuk kegiatan pendidikan bagi generasi muda agar lebih mengenal sosok Usman Janatin.
"Yang membuat proposal dan mengajukan bantuan internasional itu dari desa yang melihat ada pahlawan dan harusnya dibuatkan museum," ujarnya.
Bangunan museum yang sedang dalam pengerjaan sekitar 90 persen tersebut saat ini terhenti. Keluarga Usman juga tidak mengetahui kenapa pembuatan museum Usman Janatin hingga saat ini belum juga rampung.
"Mungkin karena dananya sudah minim jadi belum kelar hingga saat ini," ungkapnya.
Nantinya seluruh foto dan piagam penghargaan Usman Janatin akan dipajang di museum tersebut. Namun rencana itu hingga saat ini masih menunggu bangunan museum tersebut selesai. "Iya nantinya seluruh barang-barang Usman dipajang di situ," ujarnya.
Selain museum, di samping rumah Usman juga terdapat sebuah Taman kanak-kanak (TK) Usman Janatin yang pengelolaannya dibawah Yayasan Pendidikan Usman Janatin milik keluarga Usman Janatin.
"Iya di sini juga ada TK dibangun dari Yayasan yang dikelola keluarga Usman Janatin," jelasnya.
Sersan Usman dan Kopral Harun adalah prajurit KKO TNI AL. Keduanya ditangkap pihak Singapura pada 1964 lalu. Usman dan Harun tengah melaksanakan misi Dwikora mencegah pembentukan negara negara yang disebut Soekarno 'boneka Inggris'.
Kedua anggota KKO itu melakukan pemboman perkantoran di Singapura. Namun saat melarikan diri, motor boat yang ditumpangi keduanya mogok, hingga akhirnya ditangkap patroli laut Singapura. Keduanya pada 1968 dihukum gantung di Singapura.
Kenangan Saat Jenazah Usman-Harun Dibawa ke Indonesia
Ketika hukuman gantung terhadap Usman Bin H Ali alias Djanatin dan Harun Alias Tohir Bin Mahdar sudah dilakukan serta jasad keduanya dipulangkan ke Tanah Air untuk dikebumikan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, masyarakat Indonesia larut dan ikut berkabung dalam suasana haru tersebut. Hal itu tampak dalam 8 foto ini.
Foto-foto suasana saat kedua jasad keduanya tiba di Indonesia tersimpan rapih di album yang berada di rumah keluarga Usman Janatin di Dukuh Tawangsari, Desa Jatisaba, Kecamatan Purbalingga, Purbalingga, Jawa Tengah.
"Foto-foto itu dulu diberikan oleh anggota TNI L," kata Siti Rodiah, kakak Kandung Usman.
1. Banyak Warga Menanti di Bandara Kemayoran
TNI dan warga Indonesia menyambut pemulangan jasad Usman-Harun dari Singapura di Bandara Kemayoran, Jakarta Pusat pada Oktober 1968.
2. Jenazah Usman-Harun Diturunkan dari Pesawat
Ini saat jenazah Usman-Harun diturunkan dari pesawat. Rekan-rekan Usman-Harun dari TNI menyemut menyambut peti jenazah dan membawanya turun dari pesawat.
3. Lautan Warga di Bundaran HI Lepas Usman-Harun
Tampak lautan warga menyemut di sekitar Bundaran Hotel Indonesia (HI), sekedar melihat iring-iringan mobil pembawa jasad Usman-Harun.
4. Warga Menyemut di Pinggir Jalan
Selepas Bundaran HI, warga masih berjejal melepas kepergian dua pahlawan nasional ini. Warga berjejal di pinggir jalan, juga jembatan penyeberangan orang.
5. Dari Kemayoran ke Kalibata
Iring-iringan mobil pembawa jasad Usman-Harun membawa kedua pahlawan itu dari Bandara Kemayoran, Jakarta Pusat menuju tempat peristirahatan terakhir Kalibata, Jakarta Selatan.
6. Gani, Rekan Seperjuangan Usman-Harun Menangis
Bahkan ada satu foto yang menurut Rodiah merupakan sosok Gani, rekan seperjuangan Usman dan Harun yang sempat membuat kepanikan warga Singapura dengan melakukan pengeboman untuk menggagalkan pembentukan negara Malaysia 'boneka Inggris' atas komando dari Soekarno. Di foto tersebut tampak seorang pria terlihat tidak terima dan coba ditenangkan oleh para anggota TNI lain.
"Kalau tidak salah itu Gani," jelasnya.
Menurut artikel Korps Marinir, Gani bin Arup adalah sahabat yang akrab dengan Usman dan Harun dalam kesatuan KKO TNI AL. Dalam tim ini Usman dan Harun mendapat tugas yang sama untuk mengadakan sabotase di Singapura.
Seperti dikutip dari artikel yang diterbitkan Korps Marinir disebutkan:
Usai melakukan pengeboman, pada 10 Maret 1965 mereka berkumpul kembali. Mereka bersepakat bagaimana caranya untuk kembali ke pangkalan. Situasi menjadi sulit, seluruh aparat keamanan Singapura dikerahkan untuk mencari pelaku
yang meledakkan Hotel Mac Donald. Melihat situasi demikian sulitnya, lagi pula penjagaan sangat ketat, tak ada celah selubang jarumpun untuk bisa ditembus. Sulit bagi Usman, Harun dan Gani keluar dari wilayah Singapura.
Untuk mencari jalan keluar, Usman dan anggotanya sepakat untuk menerobos penjagaan dengan menempuh jalan masing masing, Usman bersama Harun, sedangkan Gani bergerak sendiri. Dengan kata sepakat telah disetujui secara bulat untuk kembali ke pangkalan dan sekaligus melaporkan hasil yang telah dicapai kepada atasannya.
Sebelum berpisah Usman menyampaikan pesan kepada anggotanya, barang siapa yang lebih dahulu sampai ke induk pasukan, supaya melaporkan hasil tugas telah dilakukan kepada atasan. Mulai saat inilah Usman dan Harus berpisah dengan Gani sampai akhir hidupnya.
7. Pahlawan, Kami akan Balaskan Dendammu!
Selain itu, di album foto yang rencananya akan di museumkan tersebut juga terdapat warga yang membawa poster bertuliskan "Pahlawan, Kami Akan Balas Dendammu", "Njawa di balas Njawa".
8. Beristirahat dengan Tenang di TMP Kalibata
Kedua anggota KKO TNI AL itu akhirnya bisa beristirahat dengan tenang di TMP Kalibata. Makam kedua pahlawan itu dipenuhi rangkaian bunga duka cita.
Link Artikel: http://beritainfosehat.blogspot.com/2014/02/foto-kisah-sersan-usman-jantin-dan.html
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
No comments:
Post a Comment