[VIDEO] LION AIR DELAY PENUMPANG MARAH Ban Lion Air Bekas. Sejumlah penerbangan Lion Air kembali mengalami kekacauan. Keterlambatan pemberangkatan terjadi dari Bandara Soekarno-Hatta ke sejumlah kota pada Kamis malam dan Jumat pagi kemarin. Ratusan penumpang mengalami keterlambatan atau delay hingga belasan jam. Pesawat yang harusnya berangkat pukul 22.00 WIB, baru terbang setelah lewat tengah malam.
Karena emosi, penumpang memblokir loket dan meminta kompensasi atas keterlambatan pesawat Lion Air yang terjadi pada Kamis 17 Oktober malam. Pesawat Lion Air 218 tujuan Bandara Internasional Kuala Namu, Medan yang semula dijadwalkan terbang 21.35 WIB, baru berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 00.28 WIB.
Lion Air 798 tujuan Ujung Pandang-Jayapura yang dijadwalkan terbang 21.40 WIB, berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta pukul 00.38 WIB. Lion Air 584 tujuan Surabaya yang harusnya terbang 21.40 WIB, baru berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta 01.28 WIB.
Sementara penumpang di Bandara Minangkabau, Padang, mengalami delay hingga lima jam. Akibat keterlambatan ini, penumpang dijanjikan untuk mendapat uang kompensasi. Mereka diminta untuk mengisi formulir yang berisi data pribadi, nomor telepon dan nomor rekening. Formulir ini bisa diuangkan setelah mereka tiba di Cengkareng.
Tapi saat berada di Jakarta, penumpang harus terbentur dengan birokrasi. Setelah lama tidak mendapat kejelasan, manajemen Lion Air berjanji akan mentransfer uang kompensasi itu.
Kekacauan penerbangan rupanya berlanjut pada Jumat pagi di Terminal IA Bandara Soekarno Hatta. Meski keadaan kacau, tidak ada satupun petugas di 25 counter Lion Air yang melayani keberangkatan. Akibatnya, penumpang tak bisa check in dan semua pernerbangan tertunda. Penumpang yang mencoba mencari informasi ke petugas pun tidak mendapatkan keterangan apapun.
"Saya harusnya berangkat pukul 07.30 WIB, sekarang jadi jam 11.00 WIB. Tanya petugas tidak dijawab, call center tak diangkat," kata Doni.
Baru sekitar pukul 08.00 WIB petugas mulai berdatangan ke counter Lion Air. Tapi mereka juga tidak memberikan jawaban atas keresahan penumpang. Mereka hanya minta penumpang untuk tunggu dan tunggu. Karena geram, penumpang pun meminta ganti rugi sesuai aturan yang berlaku.
Mereka tak mau berangkat sampai ganti rugi diberikan pihak Lion Air. Belum lagi kompensasi mereka terima, penumpang yang semula kesal semakin bertambah kesal karena sebagian besar penumpang tidak kebagian kompensasi berupa makanan.
Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, dalam jumpa pers di Jakarta mengatakan, kekacauan penerbangan terjadi akibat pihaknya kekurangan persediaan ban pesawat yang akan digunakan. Karena itu, manajemen Lion Air memutuskan untuk tidak mengoperasikan pesawat yang belum diganti bannya.
Kurangnya persediaan ban pesawat terjadi akibat proses administrasi dan dokumentasi tambahan yang harus dilengkapi dan dipenuhi, khususnya importasi ban rekondisi atau ban bekas (re-treat). Padahal, setiap harinya Lion menyelenggarakan sekitar 600-an frekuensi penerbangan, baik di dalam maupun luar negeri, dan dengan jumlah pilot sekitar 1.200 orang.
"Kami mengalami masalah stok ban kami menipis. Kami memutuskan agar tidak menerbangkan pesawat yang tidak ada ban (pengganti). Ada sembilan pesawat yang di-grounded. Keputusan itu untuk keamanan dan keselamatan penumpang," kata dia.
Menurut Edward, pihaknya harus mendatangkan ban rekondisi dari Bangkok dan Hongkong setelah ban digunakan sebanyak sepuluh kali mendarat.
"Vulkanisir ban bisa 5 kali, tapi yang menentukan itu bukan airlines. Oh, ini sudah vulkanisir keempat. Kita kirim ke pabrik. Kalau bilang scrap, ya scrap, kalau proses ya proses. Bisa aja kirim 100 dan 30 yang dibuang," katanya.
Selain itu, Edward mengakui bahwa keterlambatan tersebut sudah diperkirakan sebelumnya. Keterlambatan penerbangan bahkan sudah terjadi sejak hari Jumat sebelum libur panjang atau saat cuti bersama Idul Adha. Karena itu, dia memohon maaf kepada masyarakat dan penumpang yang terbang atas ketidaknyamanan ini.
"Kejadian ini bertepatan dengan adanya libur panjang (libur Idul Adha)," katanya lagi.
Sesuai Peraturan Menteri Perhubungan No. 77 Tahun 2011 tentang asuransi keterlambatan, bagasi hilang, dan kecelakaan, Lion Air berjanji untuk membayarkan denda atas keterlambatan penerbangan tersebut.
Dalam peraturan tersebut, tertulis bahwa maskapai penerbangan wajib membayarkan denda sebesar Rp300 ribu per penumpang apabila penerbangan pesawat mengalami penundaan hingga empat jam atau lebih.
Tapi lagi-lagi, Lion Air meminta maaf kepada penumpang karena pembayaran akan dilakukanpenerbangan"> secara transfer. Mereka mengakui tidak memiliki uang tunai yang cukup di bandara Padang dan di Cengkareng untuk membayar kerugian penumpang.
"Misalnya saja ada 200 penumpang dan dendanya Rp300 ribu per orang. Jadinya, butuh uang cash sebanyak Rp60 juta. Nah, kami tidak ada uang cash sebanyak itu," kata dia.
Daftar Kekacauan
Maskapai penerbangan Lion Air selalu mendapat sorotan. Bukan saja karena insiden kecelakaan, keluhan sering terjadi ketika penumpang check in di ruang tunggu. Permasalahan yang paling sering terjadi adalah pengambilan bagasi.
Karena itu, perlu adanya pembenahan yang mendasar dari manajemen Lion Air karena seringnya penumpang kesal dengan manajemen maskapai yang dinilai tidak profesional. Lion Air diminta untuk tidak selalu berorientasi mengejar keuntungan semata sehingga pelayanan dan keselamatan dinomorduakan.
Peristiwa yang paling menghebohkan terjadi di Manado. Penumpang yang akan terbang ke Jakarta marah akibat kabin yang panas. AC pesawat rusak. Penumpang lalu membuka paksa pintu darurat pesawat dengan nomor penerbangan JT-775.
Kementerian Perhubungan sudah memanggil Lion Air terkait insiden di Bandara Manado, Selasa 1 Oktober 2013. Bagian teknik dan operasi maskapai itu diminta keterangan ihwal kronologi kejadian tersebut. Pesawat itu bahkan sudah bermasalah pada sistem ground power satu hari sebelum insiden pintu darurat itu terjadi. Meski bermasalah, pesawat masih bisa digunakan.
Pada November 2009, penumpang di Bandara Soekarno Hatta mengamuk gara-gara bagasi telat hingga delapan jam lebih. Mereka protes karena manajemen tak bisa menjelaskan di mana posisi barang bawaan mereka.
Tahun 2011, lantaran sering telat, Kementerian Perhubungan memberi surat teguran. Bahkan Kementerian mengancam mencabut izin penerbangan ini.
Bulan Januari 2012, Pilot Lion Harun Abiyaksa tertangkap ikut pesta narkoba di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia tak bisa mengelak saat petugas menemukan sabu dan alat penghisap di tasnya. Kasus ini dipermasalahkan karena Harun masih aktif menjalankan pesawat yang mengangkut seratusan nyawa itu.
Di November 2012, pesawat Lion Air dengan rute Jakarta-Pontianak tergelincir di Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat sekitar pukul 19.45 WIB.
April 2013, pesawat Bandung-Denpasar tergelincir hingga terjun ke laut saat mendarat di Denpasar, Bali. Pesawat yang mengangkut 108 penumpang itu terbelah dua. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, namun sebagian penumpang terluka. Komite Nasional Keselamatan Transportasi menyimpulkan, kecelakaan ini akibat kesalahan manusia. Saat mendarat, pilot tak melihat landasan.
Agustus 2013, pesawat Boeing 737-800 NG milik Maskapai Lion Air, keluar landasan setelah menabrak seekor anak sapi di landasan Bandara Djalaluddin, Gorontalo, Sulawesi Utara. Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.
Oktober 2013, ratusan penumpang Lion Air tujuan Medan, Padang, dan Palembang di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Jumat malam 11 Oktober 2013 mengamuk karena ketidakjelasan penerbangan. Petugas maskapai tidak terlihat, mereka kabur dan tak ada penjelasan mengenai kepastian jam keberangkatan.
Melihat fenomena itu, anggota Komisi V Bidang Perhubungan, Saleh Husin, mendesak Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk segera memanggil maskapai Lion Air karena permasalahan kembali terjadi. Keterlambatan penerbangan masih sering terjadi dan dianggap sudah keterlaluan. Namun permasalahan ini tidak pernah diselesaikan.
"Kasus ini harus menjadi perhatian serius bagi Ditjen Perhubungan Udara dan Kemenhub," kata Saleh, Jumat, 18 Oktober 2013.
Saleh menambahkan, Ditjen Perhubungan Udara diharapkan bisa mencari solusi untuk mengatasi persoalan ini. Apa yang terjadi pada Lion Air selalu merugikan penumpang. Saleh juga mengingatkan pihak Lion Air, agar segera memperbaiki pelayanannya dan meninjau ulang jumlah rute yang banyak.
"Jangan sampai pesawat yang ada terlalu dipaksa untuk melayani rute yang terlalu banyak. Ini harus cepat diatasi," katanya.
Penerbangan Lion Air Kacau Gara-gara Ban Bekas
Manajemen Lion Air menyapaikan bahwa keterlambatan penerbangan yang terjadi hari ini akibat stok ban pesawat mereka menipis. Karena itu, mereka memutuskan tidak menerbangkan pesawat yang tidak memiliki ban pengganti.
Setidaknya ada 6 pesawat di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, yang terlambat terbang pada Jumat, 18 Oktober 2013. Keterlambatan juga terjadi pada malam hari sebelumnya.
"Kami alami masalah, stok ban kami menipis. Kami memutuskan tidak terbangkan pesawat atau tunda hingga ban dari workshop dipasang," kata Direktur Umum Lion Air Edward saat menggelar jumpa pers.
Setidaknya ada 9 pesawat yang digrounded sementara sambil menunggu ban dari workshop selesai dipasang. Menurut Edward, hal ini dilakukan untuk keamanan dan keselamatan penumpang.
Menipisnya stok ban terjadi akibat ban-ban rekondisi yang didatangkan Lion Air melalui jalur laut dari Bangkok dan Hongkong tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok. Menurut Edward, ada aturan baru terkait impor barang bekas yang harus dilakukan dengan persyaratan tertentu.
"Ada ban di Tanjung Priok 6 kontener tidak bisa diproses ke luar. Ada proses dokumentasi menyangkut soal ban/impor ban yang rekondisi. Ban rekondisi tidak boleh masuk dianggap ban bekas, padahal prosesnya beda," katanya lagi.
Karena itu, Edward memohon maaf kepada masyarakat dan penumpang yang terbang dengan Lion Air karena merasa tidak nyaman.
Seperti diketahui, kemarin malam hingga pagi ini ratusan penumpang Lion Air mengalami keterlambatan penerbangan selama belasan jam di terminal I Bandara Soekarno-Hatta dan di Bandara Minangkabau.
Tidak hanya mengalami kendala, petugas di 25 counter Lion Air yang ada di terminal itu menghindari dan tidak ada satupun yang terlihat. Baru sekitar pukul 08.00 WIB petugas mulai berdatangan ke counter Lion Air.
Seluruh penumpang Lion Air dengan penerbangan tujuan manapun pagi ini terlantar di Bandara Soekarno-Hatta. Penumpang yang mencoba mencari informasi ke petugas yang berjaga di sana juga tidak mendapatkan keterangan apapun.
Ban Bekas Juga Dipakai Maskapai Lain
Keterlambatan penerbangan sejumlah rute maskapai Lion Air ternyata dipicu urusan administrasi dokumen pengeluaran ban bekas yang seyogyanya akan digunakan armada Lion. Sembilan pesawat yang belum bisa ganti ban terpaksa digrounded.
Penggunaan ban bekas oleh maskapai nasional ini cukup mengejutkan kalangan publik. Namun Direktur Umum Lion, Edward Sirait, memastikan tidak ada yang aneh dalam penggunaan ban bekas ini.
Ban bekas pakai yang diimpor dari Hong Kong, ungkap Edward, tidak hanya digunakan Lion. Ban bekas lazim digunakan dalam industri penerbangan, termasuk oleh maskapai-maskapai nasional. Penggunaan ban bekas itu sudah ada izin dari Direktorat Jenderal Angkutan Udara Kementerian Perhubungan.
Edward menjamin keamanan ban bekas pesawat dari pabrik langganan Lion. "Sudah disertifikasi. Ban yang mereka produksi juga digunakan oleh (maskapai) yang lain," kata Edward dalam jumpa pers, Jumat 18 Oktober 2013.
Biasanya ban yang dikirim ke pabrik untuk direkondisi merupakan ban yang sudah 1-4 kali pakai. Sementara proses vulkanisir bisa dilakukan sampai lima kali. Sekitar 800 ban vulkanisir Lion yang masih tertahan di Tanjung Priok, kata dia, sudah menjalani proses ini sebanyak empat kali.
Lion, ungkap Edward, rutin mengganti ban masing-masing pesawat setelah 10 kali mendarat. "Tapi yang menentukan (vulkanisir) bukan airlines. Bisa saja kita kirim 100 ban, tapi yang 30 dibuang," kata dia.
Mengaku Lalai
Soal keterlambatan jadwal penerbangan yang membuat ratusan penumpang mengamuk Kamis malam dan Jumat pagi tadi, kata Edward, karena proses dokumentasi ban impor. Edward mengakui pihaknya lalai mengurusnya meski sudah mengantongi izin dari Kemenhub. Itulah sebabnya Lion saat itu kekurangan cadangan ban. Alasan lain, proses dokumentasi terjadi saat libur Idul Adha.
Menurut Edward, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, ada delapan unit kontainer yang berisi 800 unit ban rekondisi yang tertahan di pelabuhan sebab izin administrasinya masih dalam proses. Dan prosesnya terjadi saat libur hari raya Idul Adha. "Kalau ban retreat, harus ada proses dokumentasi, proses di Bea Cukai lamanya antara 2-3 hari," kata dia.
Lalu, berapa nilai ban bekas yang tertahan itu? "Ya, kalikan saja 800 ban dengan US$1.500," kata Edward.
Penumpang Lion Air Mengamuk di Bandara Soekarno-Hatta
Ratusan penumpang Lion Air di Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta Jakarta, Kamis malam 17 Oktober 2013, mengamuk karena pesawat mereka terlambat hingga lebih dari tujuh jam. Emosi penumpang memuncak karena pihak Lion Air tidak memberikan penjelasan yang pasti kapan mereka bisa diberangkatkan.
salah satu penumpang Lion Air, Dora Sitorus, yang merekam kemarahan penumpang maskapai penerbangan milik Rusdi Kirana itu di Terminal IB.
Menurut Dora, Lion Air tidak memberi tahu penumpang kenapa pesawat mereka terlambat, dan kapan mereka bisa berangkat. Ini membuat ratusan penumpang tujuan Kualanamu Sumut, Padang, dan Jambi merasa dirugikan.
Para penumpang pun meminta ganti rugi sesuai aturan yang berlaku. Mereka tak mau berangkat sampai ganti rugi diberikan pihak Lion Air.
Kekacauan Lion Air ini berlanjut hingga pagi ini, Jumat 18 Oktober 2013. Kali ini terjadi di Terminal IA. Di terminal itu, tak ada satupun petugas di 25 counter Lion Air yang melayani keberangkatan penumpang. Akibatnya penumpang tak bisa check in dan pernerbangan mereka semua tertunda.
“Saya harusnya berangkat pukul 07.30 WIB, sekarang jadi jam 11.00 WIB,” kata Doni. Penumpang yang mencoba mencari informasi ke petugas pun tidak mendapatkan keterangan apapun. “Tanya petugas tidah dijawab, call center tak diangkat,” ujar Doni.
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
No comments:
Post a Comment