YOUTUBE KASUS PENEMBAKAN PENYERANGAN DI LAPAS CEBONGAN SLEMAN 2013 Pengeroyokan Serka Heru Santoso Koppasus Versi Polisi di Hugo'Cafe. Tak ingin mengambil risiko menjadi sasaran penembakan gerombolan bersenjata seperti di Lapas Cebongan, Sleman, Polresta Yogyakarta langsung mengamankan empat orang yang diduga penyerang anggota Kodim 0734 Kota Yogyakarta, Sertu Sriyono ke Denpom IV/Yogyakarta di Jalan Magelang.
Keempat pelaku pengeroyokan dengan senjata tajam yang mengakibatkan Sertu Sriyono kritis akibat luka bacok di kepala adalah Zaenal Arifin, Sulham Mamun, Marcelius dan Yanuarius Ponis. Sertu Sriyono sendiri kini masih dalam perawatan intensif di RS Bethesda, Yogyakarta.
“Keempat tahanan Mapolresta Yogyakarta ini sengaja dititipkan ke Denpom IV/Yogyakarta di Jalan Magelang agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang menimpa 4 tersangka pengeroyok Serka Heru Santosa di Hugo’s CafĂ© beberapa waktu yang lalu,” kata Kasatreskrim Polresta Yogyakarta Kompol Dodo Hendra Kusuma, Sabtu 23 Maret 2013.
Keempat pelaku yang dititipkan ini juga berasal dari daerah yang sama dengan korban penembakan di Lapas Cebongan, Sleman.
Sampai saat ini belum diketahui apa motif penembakan yang dilakukan kelompok bersenjata kepada empat tahanan Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta. Namun, diduga motif penembakan itu adalah balas dendam atas kematian anggota Kopassus pada Selasa 19 Maret 2013 dini hari.
"Melihat korban yang diincar, ditembak dan meninggal, maka memang patut diduga sangat erat kaitannya dengan balas dendam dengan kematian anggota Kopassus," kata Anggota Komisi III Bidang Hukum DPR, Indra di Jakarta, Sabtu 23 Maret 2013.
Selain itu, kata Indra, pelaku penembakan itu diduga kelompok orang yang sangat terlatih. Sebab, jika dilihat dari pola dan proses kejadian yang berlangsung cepat, rapi dan menggunakan senjata lengkap maka dipastikan kelompok ini sangat terlatih dan terorganisir.
"Tentunya apabila ada keseriusan dan kesungguhan dalam mengusut dan mengungkap kasus ini, dengan melihat dugaan fakta-fakta tersebut akan dengan mudah mengidentifikasi pihak mana dan siapa para pelaku tersebut," ujar politisi PKS ini.
Kejadian ini, menurut Indra, akan mengancam rasa keamanan publik. Sebab, layaknya hukum rimba, siapa yang kuat, bersenjata, berkuasa dapat bertindak semaunya dan main hakim sendiri.
Karena itu, Komisi III, kata Indra, akan mendesak Kepala Kepolisian Jenderal Timur Pradopo dan pihak-pihak terkait untuk segera mengungkap pelaku.
"Equality before the law harus benar-benar diterapkan. Jangan sampai kasus ini dikaburkan dan dipeti es-kan tanpa jelas pihak-pihak yang bertanggungjawab. Karena apabila tidak tuntas pengungkapannya, maka akan menimbulkan ketidakpercayaan publik pada penegakkan hukum di negeri ini," kata dia.
Mereka ditangkap dan berstatus tersangka setelah terlibat penganiayaan yang menewaskan personel Intel Kodam Diponegoro Serka Heru Santoso di Hugo's Cafe pada Selasa 19 Maret 2013 dinihari.
Di Lapas Cebongan, keempatnya merupakan tahanan titipan dari Polda DIY dan baru saja dipindahkan Jumat 22 Maret 2013 siang dengan alasan ruang tahanan Polda sedang direnovasi. Namun belum sehari menghuni lapas, Sabtu dinihari mereka ditembak gerombolan kelompok bersenjata.
Penembakan di Lapas Cebongan menewaskan 4 tersangka pelaku pengeroyokan anggota Den Intel Kodam IV Diponegoro Serka Heru Santoso yang sedang menjalankan tugas. Keempat orang itu adalah Hendrik Angel Sahetapi alias Deki (31), Yohanes Juan Mambait (38), Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi (29), dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33).
Di Lapas Cebongan, keempatnya merupakan tahanan titipan dari Polda DIY dan baru saja dipindahkan Jumat 22 Maret 2013 siang dengan alasan ruang tahanan Polda sedang direnovasi. Sebelumnya Pangdam IV Diponegoro Mayjen TNI Hardiono Sarosa menegaskan pihaknya menjamin keamanan bagi mahasiswa asal NTT yang sedang kuliah di Yogyakarta dalam menjalankan aktivitas sehari-hari di Yogyakarta.
"Kami jamin keamanan tidak hanya dari satu daerah tetapi semuanya," kata Pangdam. Pangdam juga memperingatkan kepada preman-preman agar berhenti membuat resah masyarakat.
“Saya peringatkan kepada para preman agar tidak lagi mengganggu rakyat, mengganggu TNI atau Polri yang sedang menjalankan tugas. Anggota saya yang tewas sedang menjalankan tugas kewilayahan,” kata dia.
Tim Investigasi Penyerangan Lapas Harus Independen
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hajriyanto Thohari mengusulkan agar segera dibentuk tim investigasi independen untuk mengusut tuntas kasus penyerangan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta.Tim ini, kata Hajriyanto, idelanya diketuai oleh tokoh yang independen. Artinya, seorang tokoh di luar TNI dan Polri. "Lalu anggotanya ada unsur TNI dan Polri," kata dia di Jakarta, Sabtu 23 Maret 2013.
Selain itu, ucapnya, Lapas Cebongan harus bertanggungjawab terhadap tewasnya empat tahanan yang ditembak secara membebi buta oleh kelompok bersenjata. "Begitu seseorang dijebloskan ke Lapas maka seluruh keamanan dan keselamatan menjadi tanggung jawab Lapas sepenuhnya," kata dia.
Petugas keamanan Lapas harus disiagakan berlapis-lapis ketika seseorang yang menjadi tahanan adalah orang-orang yang berada di bawah ancaman balas dendam. "Lapas harus bisa menjamin keamanan dan keselamatan tahanan yang berada di wilayah yuridiksinya. Ini mutlak," ujarnya.
Lapas juga harus melakukan upaya hukum sebagai manifestasi rasa tanggungjawabnya. Meskipun, empat tahanan itu diduga melakukan penganiayaan berat.
"Tetapi mereka statusnya masih tersangka, dan sebagai negara hukum mereka harus diadili di pengadilan. Penegakan hukum tidak boleh bertentangan dengan hukum sesuai prinsip "due process of law"," ucap dia.
Dokter forensik RSUP Dr Sardjito menerima kiriman empat jenazah tersangka pembunuh anggota Intel Kodam Diponegoro, Serka Heru Santoso. Saat ini autopsi masih berlangsung.
Empat tahanan itu tewas dalam penyerangan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta. Mereka tewas mengenaskan akibat diberondong tembakan belasan orang yang merangsek secara paksa ke Lapas, pukul 01.30 WIB, Sabtu 23 Maret 2013. Keempatnya belum sampai satu hari dititipkan Polda DIY ke lapas tersebut.
5 Sipir Lapas Cebongan Sleman yang Terluka
Kepala Lapas Cebongan, Sleman, DIY Sukamto menyatakan sebanyak lima anak buahnya mengalami luka-luka akibat tindakan brutal yang dilakukan gerombolan bersenjata yang menyerbu masuk ke Lapas, Sabtu 23 Maret 2013, dini hari. Mereka menembaki 4 tahanan titipan Polda DIY yang berada di sel A5 hingga tewas.Kelima petugas Lapas yang mengalami luka di antaranya Agus Murjanto dengan kondisi lebam di bagian muka, dahi memar akibat pukulan gagang senapan.
Kemudian Widiyatmono yang mengalami luka di dagu dan bibir bawah dipukul gagang senapan. Lalii Supratikno yang luka di bagian mata kanan, pipi kanan lebam dipukul gagang senapan, Adi Prasetyo lebam di leher terkena pukulan gagang senapan, dan Edi Prasetyo yang luka di kaki akibat ditendang dan diinjak serta dipukul dengan gagang senapan.
“Satu petugas sipir terpaksa dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan karena luka di bagian dagu akibat pukulan gagang senapan,” kata Sukamto.
Sedangkan anggota penjaga Lapas yang lainnya, mendapatkan pertolongan dari pihak medis Lapas karena lukanya tidak terlalu parah. Supratikno kepada wartawan menceritakan dirinya mendapatkan pukulan gagang senjata dibagian mata kanan sehingga menyebabkan luka lebam dan mata merah.
Menurutnya, para penyerang menggunakan senjata dan berhasil melumpuhkan semua penjaga lapas yang sedang berjaga. Penyerang menodongkan senjata kepada sipir dan dimaksa mereka agar membukakan pintu masuk. Salah satu penyerang sempat melemparkan granat namun tidak meledak.
“Mereka datang langsung menyerang petugas dan semua petugas berhasil dilumpuhkan dalam waktu cepat. Kita tidak bisa berkutik karena mereka menggunakan senjata lebih lengkap,” ujarnya.
Para penyerang juga merusak CCTV yang ada di ruang protir, membawa dua TV LCD dan membawa rekaman CCTV sehingga tidak ada lagi rekaman kedatangan penyerang ke Lapas Cebongan. “Mereka sangat kejam dan tidak banyak bicara. Penyerang langsung minta diantar ke lokasi 4 tersangja yang dititipkan oleh Polda DIY,” katanya.
Kesaksian seorang napi di Lapas Cebongan saat terjadinya penyerbuan
Peristiwa penyerangan dan penembakan di Lapas Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dini hari tadi hanya berlangsung singkat, sekitar lima menit. Namun bagi 35 penghuni sel A5, Anggrek 5, Kelas IIB itu, lima menit yang sangat mencekam itu bagai setahun. Dalam kondisi bingung, mereka ditodong senjata laras panjang.
Belum lagi sadar apa terjadi, suara tembakan menyalak. Empat penghuni baru di sel itu roboh bersimbah darah dengan luka tembak di dada dan kepala.
Seorang tahanan yang sedang menyelesaikan BAP-nya di satu ruangan yang ada di Lapas sempat menuturkan peristiwa pukul 01.30 WIB, Sabtu 23 Maret 2013 itu. Namun ia menolak menyebutkan namanya.
Dini hari itu, kata dia, sebagian tahanan di sel sedang tidur, sisanya masih ngobrol-ngobrol menghabiskan malam. Tiba-tiba saja, datang sekelompok orang menggunakan cadar. Mereka menenteng senjata dan didampingi sipir lapas.
Mereka berteriak agar nama-nama yang disebutkan, yakni Hendrik Angel Sahetapi alias Deki (31), Yohanes Juan Mambait (38), Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi (29), dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi (33) mengaku. "Yang bukan nama ini minggir. Kumpul jadi satu," teriak orang-orang itu seperti ditirukan tahanan tersebut.
Dari empat nama yang disebutkan itu, dua orang mengaku. Sementara dua lainnya sempat bersembunyi. Namun, akhirnya ketahuan. Setelah 4 napi berkumpul jadi satu, orang-orang itu secara brutal menembaki mereka. "Kami semua meringkuk berkumpul, bingung, ketakutan, gemetar," kata dia.
Usai menembak targetnya, para pelaku sempat merampas CCTV dan bergegas meninggalkan lapas.
17 Orang Penembak Tersangka Pembunuh Kopassus Memakai Cadar
Sekelompok orang bersenjata mendatangi empat tersangka pengeroyok anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu pagi 23 Maret 2013. Mereka menembaki para tersangka pembunuh anggota Kopassus.Seorang anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Sertu Heru Santosa, tewas dikeroyok kelompok preman, beberapa waktu lalu.
"Semua anggota tidak boleh mengambil tindakan apapun, baik atas nama individu maupun institusi atas kejadian yang menimpa Heru," kata Richard , Sabtu 23 Maret 2013.
Hal itu dikatakan Richard saat ditanya apakah pelaku penyerangan empat pengeroyok Heru, Sabtu dinihari, adalah anggota Kopassus. "Saya tidak dalam kapasitas menjawab apakah betul penyerang itu adalah anggota kami. Tapi, yang pasti sudah ada perintah Danjen. Perintah itu jelas dan tegas."
Selain itu, imbuhnya, kelompok preman penyerang Heru banyak musuh sehingga siapa saja bisa menyerang kelompok ini.
Diberitakan sebelumnya, sekelompok bercadar menembaki empat pengeroyok Heru di Lapas Cebongan, Sleman, DIY, Sabtu dinihari tadi. Keempat tersangka, yakni Dicky Sahetapi atau Dicky Ambon, Dedi, Ali, dan YD alias Johan, tewas di lokasi.
"Sekelompok 17 orang yang tak dikenal mendatangi lapas," kata Kapolda DIY Brigjen Pol Sabar Raharjo.
Mereka datang sekitar pukul 02.00 dinihari dengan membawa senjata. "Mereka juga mengenakan cadar, penutup kepala," jelasnya.
Kelompok ini kemudian menembaki para tersangka, yakni Dicky Sahetapi atau Dicky Ambon), Dedi, Ali dan YD alias Johan. Keempat tersangka ini tewas di lokasi kejadian.
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
No comments:
Post a Comment