Azhar mengungkapkan, pembunuhan keji itu bermula dari proses khitanan sang putra di kampung halamannya di Grobogan, Jawa Tengah, Desember 2012 silam. Namun, kelamin Viki dianggap sang ibu tak lazim karena bentuknya berubah menjadi lebih kecil dari sebelum khitan. Setelah kembali ke Jakarta, Retno pun membawa Viki ke Rumah Sunat Indonesia yang terletak di Bekasi, Jawa Barat, untuk konsultasi tentang apa yang terjadi pada putranya. Namun, konsultasi itu tak berbuah hasil hingga Retno mengaku malu dengan tetangga.
Rasa malu itu, lanjut Azhar, diduga kuat memicu Retno tega membunuh putra bungsunya yang masih kelas 3 di SDN 010 Pagi Cakung itu. Selasa siang, saat di rumah hanya ada pelaku dan korban saja, pelaku membenamkan kepala Viki ke sebuah ember berisi air. Retno juga mengikat tangan dan kaki putranya agar tidak berontak. Setelah tak bernyawa lagi, Retno membaringkan sang putra di kasur ruang tengah kontrakannya.
Pelaku mengenakan baju serta mendandani sang putranya dengan kain kafan di bagian kepalanya layaknya orang yang sudah meninggal. Tanpa rasa bersalah, pelaku pun menjemput kakak korban yang bersekolah di SMPN 6, Klender."Kemudian baru pelaku datang ke Polres Jakarta Timur untuk menyerahkan diri dan melaporkan bahwa telah melakukan pembunuhan terhadap anak kandungnya sendiri," ujar Azhar. Sang ayah, Suparmin (42) tampak terpukul ketika pulang kerja menemukan sang putra telah tertutup kain batik dalam keadaan tewas. Ia pun tampak menangis di depan jenazah putranya.
Azhar mengaku, hingga saat ini, kepolisian masih menganggap motif malu merupakan pemicu Retno membunuh putri kandungnya sendiri. Meski demikian, pihaknya hendak menyelidiki apakah ada motif lain selain motif tersebut. Sebab, para tetangga pelaku pun tidak mengetahui tentang kondisi khitanan Viki. Kini, sang ibu masih diperiksa intensif di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Retno dikenakan pasal 338 KUHP subsider Pasal 81 Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Retno Purwati (38) khusyuk membaca buku pengajian di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur, Selasa (26/2/2013) malam. Raut gelisah tampak sekali di wajah ibu dua anak itu. Entah apa yang terlintas dalam benaknya hingga dia tega menghabisi putra bungsunya sendiri, Viki Riska Suparmin (7). Bocah yang lahir pada 3 Juni 2004 itu menjadi anak kesayangan Retno dan Suparmin (42), suaminya.
Seperti halnya Viki, Cika Surya Suparmin (13)--kakak Viki--juga mengalami hal serupa. Atas perlakuan orangtuanya itu, lingkungan sekitar kontrakan yang beralamat di Gang Lele RT 05 RW 01, Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur, menjuluki Viki dan Cika sebagai 'anak gedongan'."Anaknya mah bersih. Sehari-hari mainnya di sini (sekitar rumah) saja, nggak kayak anak lain yang main ke mana, gitu. Namanya kayak anak gedong-lah," ujar Hutarja alias Godek (41), tetangganya.
Meski tumbuh dan berkembang di lingkungan yang padat penduduk, Viki yang duduk di kelas 3 SD dan Cika yang duduk di kelas 2 SMA tampak tak terpengaruh aktivitas teman-temannya. Retno menerapkan disiplin bagi anak-anaknya, jika waktu telah menunjukan jadwal tertentu yang sudah tercatat sebelumnya, Viki dan Cika pun melaksanakannya dengan patuh.
Di mata tetangga, kedisiplinan tersebut bukanlah tercipta lantaran Retno yang sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan suaminya yang bekerja di perusahaan penyulingan air itu galak, melainkan mereka sangat menyayangi dua buah hatinya. Hal tersebut pun membuat komunikasi di dalam keluarga kecilnya diketahui sangat baik."Harmonis mereka. Nggak pernah cekcok, sama tetangga juga baik. Makanya kok saya kaget banget ada kejadian kayak gini," ujar Hutarja.
Saking sayangnya, tega membunuh?
Liburan sekolah Desember 2012 silam, menjadi awal tragedi keluarga harmonis tersebut. Retno sekeluarga pulang ke kampung halaman di Grobogan, Jawa Tengah. Di sana, Retno mengkhitankan sang putra yang berbadan gempal tersebut. Setelah itu, mereka pun pulang kembali ke Jakarta. Namun, kondisi kelamin Viki diketahui kurang bagus pascasunat lantaran terdapat luka dan semakin mengecil bentuknya.
Beberapa waktu kemudian, usai berembuk dengan suaminya, orangtua yang tergolong ekonomi menengah tersebut membawa Viki ke Rumah Sunat Indonesia di Bekasi, Jawa Barat, untuk memperbaiki kondisi kelamin sang putra. Namun, lagi-lagi usaha tersebut mentok. Kondisi kelamin bocah malang tersebut tak berubah."Kalau anak cowok (kelaminnya) nggak ada, mendingan mati saja. Gitu si ibu bilang sama anaknya," ujar Kepala Kepolisian Sektor Cakung Kompol Azhar Nugroho di rumah Retno.
Retno mengaku khawatir jika suatu saat putra satu-satunya itu menjadi bahan cemoohan rekan sepermainannya begitu mengetahui kondisi kelaminnya yang dianggap ibunya tak sempurna. Hal inilah yang diduga kuat menjadi motif Retno tega mengikat tangan dan kaki Viki dengan tali dan membenamkan kepalanya di ember di kamar mandi rumahnya hingga tewas, Selasa siang.Setelah tak bernyawa lagi, Retno membaringkan sang putra di kasur ruang tengah kontrakannya. Retno mengenakan baju serta mendandani sang putra dengan kain kafan di bagian kepalanya layaknya orang yang sudah meninggal. Tanpa rasa bersalah, Retno kemudian menjemput Cika yang saat peristiwa tragis itu tengah bersekolah. Seakan sudah mempersiapkan strategi.
Setelah bertemu putrinya di sekolah, dia menyuruh Cika untuk pulang sendiri ke rumahnya. Menjaga adik adalah instruksi sang ibunda. Di sisi lain, Retno juga menyuruh Cika menelepon sang ayah untuk pulang dari tempat kerjanya. Tanpa curiga sedikit pun Cika melaksanakan perintah ibundanya sementara Retno diketahui menyerahkan diri ke Kantor Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur."Biar ibu semua yang menanggung, daripada dedek yang menanggung. Ibu nggak mau dedekjadi omongan orang setelah dewasa nanti," kata Retno saat menyerahkan diri ke penyidik polisi.
Di tempat terpisah, Cika, kakak Viki, tampak bingung seorang diri di rumahnya melihat sang adik telah terbungkus kain kafan di kepala dan membiru di bagian wajahnya. Hentakan dan teriakan sang kakak tak juga membangunkan Viki yang diketahui telah pergi selama-lamanya itu.
Kemudian polisi datang memeriksa korban diiringi dengan isak tangis Suparmin yang datang setelahnya. Kini, sang ibu masih diperiksa intensif di Unit PPA Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Retno dikenakan Pasal 338 KUHP subsider Pasal 81 Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Penyelidikan kasus pembunuhan yang dilakukan seorang ibu, Retno Purwati (38), terhadap putra kandungnya sendiri, Viki Riska Suparmin (7), terus berlanjut. Rencananya, Retno akan menjalani tes psikologi di Rumah Sakit Raden Said Sukamto (Polri) Kramat Jati, Jakarta Timur."Besok kami kirim yang bersangkutan untuk dites psikologi," ujar Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Timur Kombes Mulyadi Kaharni di kantornya, Selasa (27/2/2013).
Proses tes psikologi tersebut dilakukan, lanjut Mulyadi, lantaran polisi curiga atas pengakuan tersangka tentang motif pembunuhan sadis itu. Polisi mengembangkan apakah ada motif lain selain ia malu kepada tetangga karena kelamin sang putra mengecil seusai dikhitan di kampungnya.Menurut Mulyadi, proses pemeriksaan psikologi terhadap tersangka tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat kesadaran saat ia membunuh sang anak dengan membenamkannya di dalam air.
Sebab, jika tersangka dalam keadaan gila, polisi tak dapat menjeratnya dengan hukum yang ada."Kami tidak mungkin melanggar aturan yang ada di dalam KUHP. Makanya dia akan dites oleh ahlinya dari Universitas Indonesia," katanya.
Mulyadi mengatakan, jika terbukti membunuh anak kandungnya dalam keadaan normal, pelaku dapat dijerat dengan Pasal 338 KUHP dan Pasal 81 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 20012 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara. Sebelumnya diberitakan, Retno membunuh Viki dengan cara mengikat tangan dan kakinya lalu membenamkan kepalanya ke bak mandi rumah di Gang Lele RT 005 RW 001, Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur, Selasa siang.
Ibu rumah tangga ini mengaku malu karena organ intim Viki mengecil setelah menjalani khitan pada Desember lalu."Kalau anak cowok (kelaminnya) enggak ada, mendingan mati saja," ujar Retno kepada polisi.
Link Artikel: http://beritainfosehat.blogspot.com/2013/02/foto-kronologis-ibu-kandung-bunuh-anak.html
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
No comments:
Post a Comment