ISI PIDATO PERDANA SBY KETUA DEMOKRAT 2013 [Youtube] SBY Ditetapkan Menjadi Ketua Partai Demokrat. Seluruh peserta Kongres Luar Biasa (KLB) yang terdiri dari DPP, DPD dan DPC se-Indonesia satu suara menunjuk Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Ini terungkap dari pembacaan pandangan umum yang disampaikan seluruh peserta.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie menegaskan jika SBY sudah ditetapkan sebagai Ketua Umum. "Ya sudah ketok palu. Sekarang rehat dulu, nanti pukul 17.30 WITA masuk lagi untuk mendengarkan pidato Ketua Umum terpilih," katanya, Sabtu, 30 Maret 2013.
SBY, kata Marzuki, sudah terpilih secara aklamasi. Tak ada peserta yang menginginkan kandidat lain. "Beliau terpilih secara aklamasi," imbuh Marzuki.
Nantinya akan ditunjuk Ketua Harian Partai Demokrat. Keberadaan Ketua Harian itu diyakini Marzuki akan mendongkrak kembali citra Partai Demokrat.
"Saya optimistis dapat meningkatkan suara Partai Demokrat," kata Marzuki.
Dan untuk pertama kalinya, Susilo Bambang Yudhoyono memberi pidato politik usai terpilih sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa di Bali, 29-30 Maret 2013.
Dalam sambutan itu, SBY mengatakan, kongres ini sebenarnya tak pernah diinginkan. Namun, seiring dengan mundurnya Anas Urbaningrum, kongres ini sangat diperlukan.
SBY juga menjelaskan alasannya mau menerima jabatan ketua umum. Menurut dia, dalam 10 hari terakhir, mayoritas kader menginginkan SBY maju sebagai ketua umum untuk memulihkan citra partai dan mengangkat elektabilitas pemilu 2014.
"Dari dulu saya tidak pernah berniat dan tidak ingin jadi ketua umum," katanya.
Dia mengaku lebih senang dan lebih pas sebagai ketua pembina, karena masih ingin fokus menjalankan roda pemerintahan yang sudah dijalankan selama 8,5 tahun ini. "Seperti pada kongres 2009, saya juga menyerahkan kepada kader," ujar SBY.
Mengenai pemilihan secara aklamasi, SBY memiliki alasan sendiri. Menurut dia kondisi saat ini lebih baik aklamasi daripada voting. Aklamasi, kata SBY akan menghindarkan partai dari benturan yang tidak diperlukan yang hanya menambah masalah.
Pro-Kontra SBY Ketua Umum Demokrat
Kandidat Ketua Umum Partai Demokrat, Tri Dianto menyebut demokrasi di
tubuh Partai Demokrat telah mati. "Saya tidak diberi ruang dan dilarang
masuk, itu artinya demokrasi di tubuh Partai Demokrat telah mati," kata
Tri Dianto, Sabtu 30 Maret 2013.
Menurut
dia, Partai Demokrat yang awalnya menjunjung tinggi demokrasi, kini
berbalik anti-demokrasi. "Demokrasi tidak diterapkan. Demokrat kini
anti-demokrasi," ujar dia.
Semestinya, SBY tak bisa terpilih
secara aklamasi jika dirinya diberikan keleluasaan masuk ke arena KLB.
"Tapi saya tidak bisa masuk. Calon yang ada mengundurkan diri," ucapnya.
Menurut
Tri Dianto, ratusan pendukungnya dari kalangan DPD dan DPC berbagai
daerah yang dikenal Pro-Anas Urbaningrum sangat kecewa. Tri Dianto
menyebut para pendukungnya diarahkan dan dipaksa memilih SBY secara
aklamasi.
"Bagaimana mereka mau memberikan suara ke saya. Mereka digiring dan dipaksa memilih SBY secara aklamasi," kata Tri Dianto.
Tri
Dianto mengaku masih memikirkan langkah berikutnya. Ia akan meminta
petunjuk Tuhan dengan cara melakukan shalat istikharah. "Saya coolling down dulu," ujarnya.
SBY Ksatria
Sementara
itu kader Partai Demokrat Ruhut Sitompul menegaskan jika SBY adalah
ksatria. Hal itu ditunjukkan dengan kesiapan SBY menjadi Ketua Umum
Partai Demokrat.
"SBY itu ksatria. SBY sudah jadi Presiden tapi
mau turun menjabat Ketua Umum. Beliau berkorban," tutur Ruhut usai
penetapan SBY menjadi Ketua Umum di Hotel Inna Grand Bali Beach, Sanur,
Denpasar.
Menurut dia, sesungguhnya SBY tak mau lagi mencampuri
terlalu banyak urusan partai. Hanya saja, ketika diberi kepercayaan
malah terjadi kegaduhan di internal Partai Demokrat. "Kader diberi
kepercayaan kok pecah kongsi, ada kubu-kubu. Saya yakin 100 persen
ketika Pak SBY menjadi Ketua Umum akan solid dan elektabilitas Demokrat
kembali naik. Kami diajarkan SBY percaya lembaga polling," ujar Ruhut.
Pada
kesempatan itu, Ruhut menyampaikan jika SBY merupakan sosok perekat
partai. Ia meminta maaf apabila proses penetapan SBY dilakukan secara
aklamasi. "Mohon maaf, bukan kami tak ingin voting. Musyawarah mufakat itu juga bagian dari demokrasi," katanya.
"Kalau voting akan menimbulkan money politics.
Peristiwa Bandung terjadi lagi. Maka, hati boleh panas, kepala tetap
dingin," katanya, menambahkan. Peristiwa Bandung yang ia sebut merupakan
kongres yang memenangkan Anas sebagai Ketua Umum Demokrat.
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
No comments:
Post a Comment