ISI WORLD CULTURE FORUM DI BALI 24-27 NOVEMBER 2013 Pembukaan WCF Forum Budaya Dunia Sangat Penting. Peraih Nobel bidang ekonomi Prof Amartya Sen mengatakan forum internasional tentang dialog budaya seperti World Culture Forum (WCF) sangat penting guna memperoleh wawasan dalam pemahaman satu budaya dibanding lainnya.
"Memahami perbedaan budaya adalah salah satu cara untuk memperkuat kemampuan kita mengerti perbedaan agar hidup damai satu sama lain, dibandingkan dengan jatuh pada penggunaan kekerasan," ujar Amartya pada pembukaan resmi WCF, Senin.
Ia menambahkan bahwa forum ini sangat penting untuk memfasilitasi apresiasi semua orang terhadap keragaman budaya. Seperti forum WCF juga sangat efektif untuk menggantikan konfrontasi dengan dialog dan pembicaraan.
Selain itu, juga hadir sebagai pembicra utama Dr Fareed Zakaria yang juga jurnalis dan komentator ternama dunia.
"Budaya itu sangat cepat, sangat besar dan sangat kompleks. Tapi anda bisa menemukan elemen kunci sukses dalam budaya. Kalau anda mencari etos kerja, anda dapat menemukannya, dan jika kamu menemukan sumber-sumber keberhasilan ekonomi, anda dapat menemukan elemen budaya juga," kata dia.
Tentu saja, budaya berbeda tertentu merefleksikan performa ekonomi tertentu. Fareed menyebutkan bahwa kesalahpahaman tentang budaya dapat menimbulkan halangan dalam perkembangan ekonomi.
WCF sepakat integrasikan budaya di semua agenda pembangunan
Forum Budaya Dunia atau World Culture Forum (WCF) ditutup resmi pada Selasa (26/11) dengan pembacaan "Bali Promise".
Peserta forum sepakat untuk secara eksplisit mengintegrasikan budaya di semua agenda pembangunan pasca 2015.
Naskah dibacakan oleh delegasi internasional, Audrey Harare Chihota Charamba dari Zimbabwe, Shireen Mohammad Azis dari Irak, dan David Throsby dari Australia.
Naskah kemudian diserahkan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh.
Forum Budaya Dunia merupakan inisiatif Indonesia dalam upaya harmonisasi budaya antarnegara.
Melalui forum ini, para peserta menggarisbawahi bahwa budaya sebagai penggerak, pengungkit, dan pengaya pembangunan berkelanjutan.
"Kekuatan budaya perlu diwujudkan dalam pengarusutamaan budaya. Maksudnya adalah menempatkan budaya dalam arus utama pembangunan berkelanjutan, bukan hanya sebagai pelengkap," katanya saat memberikan keterangan pers usai penutupan World Culture Forum di Bali International Convention Center.
Forum ini juga merekomendasikan dimensi budaya secara eksplisit terintegrasi dalam semua tujuan pembangunan berkelanjutan.
Peserta forum menyadari WCF sebagai platform permanen untuk mempromosikan peran budaya dalam pembangunan berkelanjutan dan melindungi keanekaragaman budaya dan keanekaragaman bahasa kemanusiaan.
Para peserta WCF, menyambut komitmen Indonesia untuk menjadi tuan rumah lagi pada masa mendatang.
“UNESCO sangat gembira atas kerja sama yang baik dari pemerintah Indonesia. Forum berjalan harmonis dan sukses. Dokumen ini (Bali Promise) sangat penting dan membuka jalan pembangunan kebudayaan," kata Asisten Direktur Jendral Urusan Budaya UNESCO, Francesco Bandarin.
"Meskipun begitu, dengan pemahaman satu sama lain yang kuat, budaya dapat memainkan peran penting dalam pembangunan yang berkelanjutan."
Sejumlah menteri dari berbagai negara hadir seperti Mohammad Nuh dari Indonesia, Cai Wu dari Republik Rakyat China, Mohamed Nazri bin Tan Sri Abdul Aziz dari Malaysia, Lana Mamkegh dari Yordania, Dato Seri Awang Haji Hazair bin Haji Abdullah dari Brunei Darussalam, Sultanbai Raev dari Republik Kyrgyztan, Elia Ravelomanatsoa dari Madagaskar, Felipe M. De Leon, Jr dari Filipina, Maria Isabel de Jesus Ximenes dari Timor Leste, Marcelo Pedroso dari Brazil, Sam Tan dari Singapura dan Masanori Aoyagi dari Jepang.
WCF diselenggarakan 24 hingga 27 November. Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Indonesia.
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
No comments:
Post a Comment