PENYEBAB CUACA PANAS DI JAKARTA Pemicu Cuaca Panas Di DKI Jakarta 2014. Beberapa hari terakhir warga DKI Jakarta merasakan cuaca suhu yang sangat panas. Teriknya sinar matahari dirasakan warga.
"Sekarang belum masuk musim penghujan, ini juga puncak kemarau, jadi uap tidak ada. Karena tak ada uap air tidak ada, maka tak ada awan dan sinar matahari langsung ke permukaan bumi. Jadi Jakarta terasa panas sekali," ujar Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG, Achmad Zakir, Minggu, 12 Oktober 2014.
Cuaca panas ekstrem itu menurutnya juga dipengaruhi oleh sedikitnya pepohonan yang ada di wilayah DKI. Sehingga panas dari sinar matahari berkolaborasi dengan panas dari permukaan bumi. Anda mungkin ikut merasakan, dalam beberapa minggu terakhir ini cuaca Ibu Kota Jakarta, terasa panas dan tidak seperti biasanya. Tidak hanya siang, malam hari pun hal itu dialami.
Fuad Albaar dan Feri Syamsu, di antara masyarakat yang turut merasakan cuaca Ibu Kota tersebut. Bahkan, dalam dua hari yang lalu, mereka terasa 'tersiksa'.
Hal itu, diketahui melalui akun Twitternya. Misalnya, Feri curhat, kenapa cuaca makin menyengat.
"Ya Rabb Rahmatan lil 'alamiin, mengapa semakin hari cuaca di Jakarta justru semakin panas aja ya Allah. Apa ini teguran/ujian/berkah dari-Mu," tulisnya di akun @nugrofs, 9 Oktober lalu.
Tak hanya Feri. Cuaca menyengat juga dirasakan Fuad. Melalui akun Twitternya, ia menyampaikan suasana panas yang dialaminya.
"Jakarta hari ini panas, cukup panas. Tapi cuaca panas seperti ini cukup mengingatkan kita bahwa tak selamanya hidup itu mendung atau teduh (yang berkonotasi baik)," tulisnya.
Pengguna media sosial lainnya, Yulian Hendriyana pun merasakan hal yang sama. Cuaca sangat panas.
"Cuaca Jakarta panas sangat, 36°C dengan kelembaban 32%, kering!," tulisnya di akun @yulianfh.
Mengenai cuaca panas yang dikeluhkan pengguna media sosial itu, diakui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofiska (BMKG). Cuaca panas di Jakarta dalam beberapa hari terakhir mencapai 37 derajat celcius, dengan demikian termasuk kategori cuaca panas ekstrem. Menurut BMKG, fenomena itu wajar, karena Jakarta saat ini tengah masuk puncak cuaca kemarau.
Cuaca sangat panas itu, menurutnya, juga dipengaruhi oleh sedikitnya pepohonan yang ada di wilayah DKI. Sehingga, panas dari sinar matahari berkolaborasi dengan panas dari permukaan bumi.
Namun demikian, Zakir membantah, bila suhu panas di Jakarta sudah menembus 40 derajat celsius seperti yang diperbincangkan warga sebelumnya.
"Nggak sampai 40 derajat. Kemarin memang panasnya ekstrem karena normalnya suhu panas itu 31-33 derajat," kata dia.
Menurut Zakir, rekor cuaca panas mencapai 37 derajat sudah pernah terjadi sebelumnya. Menurutnya, hal ini berpotensi terjadi saat puncak musim kemarau.
"Pada 2010 dan 2007 pernah suhu panas mencapai 37 derajat," ujarnya.
Untungnya cuaca dalam beberapa hari berikutnya, kata Zakir, akan menurun dari posisi cuaca panas yang telah mencapai 37 derajat. Dalam pola sifat cuaca, akan terjadi fluktuasi, naik turun dari tingkat cuaca sebelumya. BMKG memperkirakan, Senin besok 13 Oktober 2014, cuaca akan berkisar 35 derajat.
"Sifat suhu itu fluktuasi, karena definisinya saja keadaan udara yang relatif singkat dan berubah-ubah. Jadi, tiga cuaca ekstrem, kemudian tiga hari menurun dan seterusnya naik-naik," jelas dia.
Jangan panik
Zakir meminta warga Jakarta, agar sigap dan tak panik menghadapai cuaca panas ekstrem yang melanda itu. Sebab, fenomena cuaca yang panas memang hal yang wajar dalam puncak musim kemarau.
Ia berpesan, masyarakat agar tetap sabar menunggu datangnya musim hujan, dengan tetap mengantisipasi datangnya cuaca panas ekstrem itu.
"Anda bersabar saja, belum masuk ke musim hujan. Waspada, jangan panik, hemat air," saran Zakir.
Lebih penting, ia meminta masyarakat agar jeli dan mengonfirmasi setiap informasi perubahan cuaca ke BMKG. Sebab, informasi yang beredar di masyarakat kadang tak kredibel.
"Jangan langsung percaya dengan sumber informasi yang nggak jelas. Langsung ke konfirmasi ke BMKG, itu langkah yang bagus, cari informasi ke BMKG," tegasnya.
Badan pemantau cuaca itu secara rutin menyampaikan informasi perkembangan cuaca terbaru ke semua instansi terkait, mulai dari pelayaran sampai pemerintah daerah.
Namun, Zakir mengeluhkan kadang instansi cuek dengan informasi yang diberikan oleh BMKG. Setelah ada peristiwa yang diakibatkan cuaca, biasanya baru gagap untuk menindaklanjutinya.
"Mereka (instansi terkait), mau nggak dengerin informasi dari kita. Kadang-kadang mereka ngomong, 'ah nggak usah', tak dianggap, informasi dari kami tidak dimanfatakan dengan bagus," kata dia.
Terlepas dari problem itu, menurutnya, secara umum, kini tingkat kesadaran masyarakat atas perkembangan cauca sudah cukup bagus. Elemen masyarakat sudah sering meminta informasi langsung ke BMKG.
"Sekarang, kesadarannya jauh lebih baik. Contohnya media dan televisi sudah mulai mencari informasi dari kami. Masyarakat sesekali telepon juga ke BMKG," tuturnya.
Musim hujan
Ditambahkan, dalam beberapa hari berikutnya, wilayah Jakarta masih akan terus berawan dan belum turun hujan dalam waktu dekat. Kondisi cuaca berbeda kemungkinan akan terjadi di selatan wilayah Jakarta, yang akan terjadi hujan pada pekan kedua, atau ketiga Oktober ini.
"Selatan Jakarta seperti Cisarua, Bogor berpeluang hujan. Kalau Jakarta masih sulit hujan, paling berawan saja," ujarnya.
Untuk kondisi cuaca wilayah Jakarta, kata dia, belum merata. Misalnya di bagian utara Jakarta untuk masuk musim hujan masih lama. "Kemungkinan di November," ujarnya.
Sedangkan selain cuaca panas, kondisi yang akan berkembang dalam beberapa hari ke depan secara umum adalah angin kencang.
"Angin lagi kencang-kencangnya di wilayah Indonesia, sehingga gelombang cukup tinggi. Setiap minggu, kami beri peringatan ke pelayaran. Mereka siaga terus," tambahnya.
Potensi kebakaran
Cuaca panas esktrem tak hanya soal panas menyengat saja. Kebakaran berpotensi makin muncul dengan kondisi cuaca ekstrem itu. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan memang sebagian besar kebakaran di Jakarta, terjadi akibat hubungan arus pendek listrik.
"Hampir 75 persen karena hubungan arus pendek, didorong cuaca makin kering terik tentu potensi kebakaran makin tingi, terlebih pada pemukman yang padat penduduknya," ujar Sutopo.
Pada musim kemarau, ia menyadari tantangan untuk penanggulangan dan pemadaman kebakaran makin besar. Sebab, beberapa dukungan fasilitas misalnya debit air dan hidran sering terbatas.
"Cuaca panas polanya memang seperti itu. Rata-rata, musim kemarau mesti banyak jaringan hidran yang makin terbatas, debit airnya sedikit, di sisi lain ancaman (kebakaran) makin besar," ujarnya.
Ruang hijau kota
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) turut angkat suara dengan kebijakan lingkungan pemerintah. Termasuk, adanya cuaca panas di wilayah sekitar Jakarta.
Meski tak langsung menyinggung soal cuaca panas Jakarta, tetapi apa yang terjadi di wilayah sekitar Jakarta, bisa menjadi pelajaran bagi pemerintah wilayah lain.
Walhi menilai, pemerintah turut bertanggung jawab dalam cuaca panas dan kerusakan lingkungan. Sebab, beberapa kota dianggap tak mematuhi pengaturan tata ruang kota.
Manajer Pengelolaan Pengetahuan dan Jaringan Eksekutif Nasional Walhi, Irhash Ahmady, mengatakan pemerintah Indonesia tak peduli dengan kebijakan pemerintah kota yang banyak melanggar pengaturan ruang. Walhi menunjuk, Bekasi adalah salah satu kasusnya.
Kota yang berbatasan dengan Jakarta itu didesain sebagai kota industri, tetapi tanpa mengacu pada tata ruang nasional.
"Seharusnya di Bekasi itu, ada khusus ruang terbuka hijau. Ini tidak terjadi, sehingga Bekasi menjadi kota yang tingkat emisi karbonnya sangat tinggi. Jadi, itu sama saja nggak komitmen dengan apa yang dia (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) ucapkan," kata dia.
Kemudian, dia mencatat pemerintah kota Bekasi juga melanggar penyediaan ruang terbuka hijau sebanyak 30 persen. Untuk itulah, Bekasi menjadi panas, gersang, dan padat.
Walhi, lanjut Irhash, tak mempermasalahkan kota dikembangkan untuk pusat investasi. Tetapi, dia menyarankan, agar kota yang bersangkutan untuk memastikan adanya ruang terbuka hijau guna mengurangi dampak polusi.
"Perlindungan terhadap investasi memang tidak apa-apa, tetapi tetap memperhatikan ruang terbuka hijau itu," tegasnya.
Link Artikel: http://beritainfosehat.blogspot.com/2014/10/penyebab-cuaca-panas-di-jakarta-pemicu.html
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
No comments:
Post a Comment