[FOTO] TK JAKARTA INTERNATIONAL SCHOOL JIS DITUTUP Kronologis Penyebab Kekerasaan Pada Anak Di TK Jakarta International School (JIS) 2014. Kemendikbud memastikan penutupan TK Jakarta International School (JIS) hanya tinggal menunggu tanda tangan Mendikbud M Nuh. Lihat juga Tips Cara Mengatasi Mandul Obat Terbaru.
"Jadi ya jangan ada proses belajar mengajar. Anak-anak liburkan saja dulu," kata Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUDNI) Lydia Freyani Hawadi, Jumat (18/4/2014).
Surat keputusan itu kemungkinan terbit paling lambat hari Selasa (22/4) mendatang. Keputusan ini hanya ditujukan untuk TK, bukan jenjang yang lain. Ditambahkan Lydia, bila nantinya JIS sudah bisa melengkapi persyaratan izin pendirian dan penyelenggaran, maka TK bisa kembali beroperasi. Selama itu belum dipenuhi, maka tidak boleh ada kegiatan belajar mengajar.
"Kalau dia cepat, maka sekolah itu pun bisa beroperasi cepat pula," tambahnya.
Lydia mengimbau agar sekolah-sekolah lain yang memiliki TK dan belum berizin harus segera melengkapinya.
Contoh kasus seperti JIS harus dijadikan pelajaran. "JIS itu kan dari 1992, kenapa diam saja selama ini?
Jangan gitu dong," tegas wanita yang kini sibuk gara-gara kasus kekerasan pada anak di JIS tersebut.
TK JIS disorot karena salah satu siswanya menjadi korban kekerasan di toilet sekolah. Pelakunya adalah dua cleaning service yang bekerja di sana. Dalam perkembangannya, keberadaan TK tersebut rupanya ilegal.
Izin yang diberikan kepada JIS selama ini adalah untuk tingkat SD hingga SMA.
Dua tersangka cleaning service dari ISS sudah dijadikan tersangka dan ditahan. Mereka terancam dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Penyebab Agun dan Awan Tega Kepada Bocah TK di JIS
Polisi telah menetapkan Agun Iskandar dan Virgiawan Amin alias Awan sebagi tersangka kasus kekerasan seksual pada anak di Jakarta International School (JIS).
Pengamat kriminal dan psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel menduga para pelaku pernah mendapatkan kekerasan di masa lalunya.
"Dalam sekian banyak kasus kekesaran seksual, pelaku kekerasan pada anak memiliki masa lalu yang suram, dan pernah menerima prilaku yang tak senonoh," kata Reza.
Reza mengatakan, hal ini menimbulkan rasa dendam, beci dan malu yang tak pernah teratasi sehingga bisa meledak. Sehingga setelah dewasa saat mereka memiliki modal mereka melampiaskan kebencian itu.
"Biasanya berputar-putar dari korban menjadi pelaku. Tapi tidak selalu begitu, ada juga yang korban justru survive dan menjadi aktivis perlidungan anak," katanya. Reza juga mengatakan perilaku meniru teman juga bisa jadi pemicu terjadinya kekerasan terhadap anak.
"Bisa juga pelaku ini melihat temannya melampiaskan ke anak kemudian dia mengikutinya karena melihat temannya mendapatkan kepuasan," katanya. Reza menegaskan, dua orang pelaku kekerasan tersebut bukanlah pedofilia karena mereka masih memliki ketertarikan dengan lawan jenis yang dewasa.
"Kalau pedofil sama sekali tidak memiliki ketertarikan dengan lawan jenis yang dewasa, mereka hanya suka anak-anak.
Kalau mereka ini masih tertarik dengan lawan jenis dewasa," katanya. Reza menyatakan, para pelaku ini memilih anak-anak sebagai korbannya karena memiliki keterbatasan sehingga tak bisa melampiaskan hasratnya pada lawan jenisnya.
"Mereka ada keterbatasan seperti tak punya uang untuk menikah atau hambatan lainnya sehingga melampiaskan hasratnya ke anak-anak bukan pada lawan jenisnya yang sudah dewasa," katanya.
Saat ditanya mengenai pelaku Agun yang sudah memiliki istri dan anak, Reza mengatakan adanya keluarga tak menutup kemungkinan Agun menjadi pelaku kekerasan ke anak.
"Ini perlu ditelusuri lagi seperti perlu ditanyakan apakah anaknya juga jadi korban pelaku ini dan berapa kali dia melakukan hubungan dengan istrinya.
Ini memang pertanyan yang brutal tapi memang dibutukan pertanyaan itu karena kasus ini juga sangat brutal," katanya.
Awan Mendapat Perlakuan Tidak Menyenangkan Saat Kecil?
Polisi yakin Virgiawan Amin bin Suparman alias Awan (20) sebagai pelaku terhadap bocah TK Jakarta International School (JIS).
Bukti berupa hasil lab dan pengakuan korban jadi petunjuk utama. Apa kondisi yang melatarbelakangi tindakan tersebut?
Menurut pamannya, Marwadi, Awan menghabiskan masa kecilnya di Nganjuk, Jawa Timur. Di usia yang masih belia, bapaknya pergi meninggalkannya. Lalu dia tinggal bersama sang ibu yang bernama Murni.
Belakangan, ibunya menikah lagi dengan seorang pria lain di Nganjuk. Awan tinggal bersama mereka hingga SMA. Setelah lulus sekolah, pria pendiam itu ke Jakarta untuk bekerja dan diterima di ISS sebagai cleaning service sekitar setahun lalu lalu.
"Dia masuk dari bulan Mei lalu, nggak sampai setahun," kata Marwadi saat ditemui di kediamannya di kawasan Pondok Pinang, Jaksel, Kamis (17/4/2014).
Saat ditanya apakah Awan punya masa kecil yang kurang menyenangkan, Marwadi mengaku tidak tahu banyak. Yang jelas, Awan disebut tidak pernah mendapat perlakuan kasar apalagi kekerasan.
"Nggak pernah (diberi perlakuan kasar). Kecil biasa kaya anak-anak yang lain," jawab Marwadi.
Kini, Awan dan tersangka lainnya Agun sudah ditetapkan jadi tersangka. Mereka dijerat ancaman hukuman maksimalnya mencapai 15 tahun penjara.
Polisi sudah melakukan uji lab terhadap dua cleaning service ISS tersebut. Hasilnya ditemukan kemiripan bakteri di tubuh mereka dan korban. Tiga rekan mereka yang diduga ikut terlibat kini masih berstatus saksi.
Awan Mengaku Sempat 'Dikerjai' Tahanan Lain
Virgiawan Amin alias Awan sudah dua pekan ditahan polisi. Saat dibesuk keluarga, tersangka kasus kekerasaan pada bocah TK Jakarta International School (JIS) curhat dikerjai tahanan lain.
Marwadi, paman Awan menjenguk pada tanggal 14 April lalu sekitar pukul 10.00 WIB. Kondisi Awan sehat, namun memang ada perlakuan tidak menyenangkan dari 'jagoan' di penjara.
"Dia pertama masuk digebuk sama jagoan sana," tutur Marwadi saat ditemui di kediamannya di Pondok Pinang, Jaksel, Kamis (17/4/2014).
Setelah itu, keluarga juga menerima pesan singkat yang isinya tentang permintaan uang dari Awan sebesar Rp 2 juta. Namun karena tidak memiliki uang, keluarga tak menggubrisnya.
"Kita nggak tanggapin, paling itu jagoan kamar kan di sel makan gratis," tegasnya.
Keluarga tak bisa berbuat apa-apa soal masalah ini. Mereka juga mengaku belum menunjuk pengacara untuk Awan.
"Belum ada (pengacara)," kata Marwadi.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto saat dikonfirmasi soal aksi rekan satu sel Awan belum memberikan respons.
Link Artikel: http://beritainfosehat.blogspot.com/2014/04/foto-tk-jakarta-international-scholl.html
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
No comments:
Post a Comment