YOUTUBE PERNYATAAN LENGKAP HASIL INVESTIGASI KASUS PENYERBUAN LAPAS [VIDEO] Pelaku Anggota Kopassus Buang CCTV Lapas Cebongan . Menko Polhukam Djoko Suyanto mengapresiasi tim investigasi TNI yang berhasil mengungkap kasus penyerangan Lapas Cebongan di Sleman, DIY. "Apresiasi yang tinggi kepada KSAD dan tim investigasi yang telah bergerak cepat sesuai instruksi Presiden melalui Panglima TNI dan Kapolri," kata Djoko, Kamis 4 April 2013.
Menurut Djoko, ini baru babak awal dari jawaban atas kasus yang menewaskan empat tahanan titipan Polda DI Yogyakarta. Mereka adalah tersangka pengeroyok Anggota Grup II Kopassus Serka Heru di Hugo's Cafe pada 19 Maret 2013.
"Harus terus dilakukan penyidikan-penyidikan yang lebih tajam sebelum diajukan ke Mahkamah Militer," ujar dia.
Penyerang Lapas Cebongan Sleman dipastikan 11 personel Kopassus Grup II Kandang Menjangan, Kartosuro, tiga di antaranya turun langsung dari lokasi latihan di Gunung Lawu. Saat penyerangan mereka membawa 6 pucuk senjata, di antaranya AK-47 replika.
Ketua Tim Investigasi TNI Brigjen TNI CPM Unggul K Yudhoyono menerangkan penyerangan itu merupakan aksi seketika yang dilatarbelakangi jiwa korsa dan membela kesatuan.
Penyerangan oleh 11 personel Kopassus Grup II dilakukan setelah mendengar salah satu rekannya, Serka Heru Santoso ditusuk kelompok preman di Hugo's Cafe hingga tewas pada 19 Maret 2013 lalu. Kelompok preman ini tidak hanya mengeroyok Serka Heru secara sadis dan brutal. Mereka juga membacok kepala Sertu Sriyono pada 20 Maret 2013 hingga kritis.
Hari Pertama Penyelidikan, 11 Oknum Kopassus Sudah Mengaku
Siapa yang menyerang dan membunuh empat preman, tahanan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, terjawab. Pelaku penyerangan adalah 11 oknum anggota Grup II Kopassus, Kandang Menjangan, Kartosuro, Solo.
Ketua Tim Investigasi TNI AD Brigjen TNI (CPM), Unggul K Yudhoyono, mengatakan, lancarnya proses investigasi yang dilakukan timnya karena dilandasi kejujuran dan keterbukaan para pelaku.
"Menjadi catatan khusus, bahwa para pelaku secara kesatria telah mengakui perbuatan sejak hari pertama penyelidikan, 29 Maret 2013," ujar Unggul dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis 4 April 2013.
Secara kesatria dan dilandasi kejujuran yang tinggi, serta bertanggung jawab, kata Unggul, mereka mengakui menyerang empat tahanan di Lapas Cebongan, pada Sabtu 23 Maret 2013.
Unggul menuturkan, dari pengakuan pelaku, perbuatan itu dilakukan untuk membela korps dan kesatuan. Dua rekannya yakni, Sertu Sriyono luka-luka karena dibacok dan Serka Heru Santoso tewas mengenaskan setelah dikeroyok oleh para korban, yang tak lain adalah preman di Yogyakarta.
"Penyerangan tersebut merupakan tindakan reaktif karena kuatnya jiwa korps dan membela kehormatan kesatuan," katanya.
Diantara 11 pelaku penyerangan itu, hanya satu eksekutor yakni berinisial 'U'. Unggul menyatakan, seluruh pelaku menyatakan secara sadar akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dari Hasil Investigasi Pelaku Anggota Kopassus Buang CCTV Lapas Cebongan ke Bengawan Solo
Ketua Tim Investigasi penyerangan Lapas Cebongan, Sleman, Brigjen TNI CPM, Unggul K Yudhoyono, mengakui 11 anggota Kopassus pelaku penyerang membawa kabur kamera CCTV usai melakukan aksi. Setelah membawa kabur, mereka kemudian membuang barang bukti tersebut.
"Mereka mengakui barang bukti yang dibawa sudah dimusnahkan dan dibuang ke Sungai Bengawan Solo," kata Unggul di Media Center Dinas Penerangan Angkatan Darat, Jakarta, Kamis 4 April 2013.
Meski sudah mengakui, Unggul tetap mencecar para pelaku. Unggul lantas menanyakan dengan cara apa mereka memusnahkan. "Mereka jawab dibakar sebagian," ujarnya.
Unggul menekankan, pengakuan tersebut adalah ungkapan jujur para pelaku sebagai prajurit TNI. Dia memastikan mereka akan mempertanggungjawabkan perbuatan membunuh empat preman tersebut dengan ksatria.
"Ini pengakuan yang sejujur-jujurnya dari prajurit tersebut bahwa di dalam rangka membantu investigasi," tuturnya.
Pernyataan Lengkap Tim Investigasi Soal Penyerbuan Lapas
Penyerangan berdarah terhadap 4 preman di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, dilakukan oleh 11 prajurit Kopassus dari Grup Dua Kartosuro. Seluruh pelaku secara kestaria telah mengakui perbuatannya sejak hari pertama penyelidikan, yaitu pada Jumat, 29 Maret 2013.
Ketua Tim Investigasi TNI AD Brigjen TNI (CPM), Unggul K Yudhoyono, mengatakan, lancarnya proses investigasi yang dilakukan timnya karena dilandasi kejujuran dan keterbukaan para pelaku.
Ini pernyataan lengkap Unggul dalam jumpa pers yang digelar di Mabes TNI, Kamis, 4 April 2013.
Saya Unggul K Yudhoyono, Ketua Tim Investigasi TNI-AD. Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan hasil tim investigasi yang dibentuk oleh KSAD dan dipimpin langsung oleh saya.
Sebelum saya menyampaikan hasil investigasi, perlu saya menyampaikan bahwa pelaksanaan investigasi, alhamdulillah berjalan dengan lancar dan dapat menetapkan kesimpulan awal dalam waktu masa kerja 6 hari karena semua proses dilandasi oleh kejujuran dan keterbukaan pelaku.
Menjadi catatan khusus, bahwa para pelaku secara kesatria telah mengakui perbuatannya sejak hari pertama penyelidikan, pada Minggu, 31 Maret 2013.
Adapun hasil-hasil investigasi yang kami peroleh:
Pertama, bahwa secara kesatria dan dilandasi kejujuran yang tinggi serta bertanggungjawab, serangan ke Lapas pada Sabtu, 23 Maret 2013, pukul 00.15 WIB, tersebut diakui dilakukan oleh oknum anggota TNI AD Grup Dua Kopassus Kartosuro.
Yang mengakibatkan terbunuhnya 4 tahanan preman, pelaku pembunuhan atas nama Serka Heru Santoso, dan pembacokan terhadap mantan anggota Kopassus Sertu Sriyono oleh kelompok yang sama.
Kedua, peristiwa penyerangan ke Lapas 2 Cebongan tersebut benar sebagai akibat pembunuhan yang dilakukan kelompok preman terhadap Serka Heru Santoso, Selasa, 19 Maret 2013, dan pembacokan terhadap Sertu Sriyono yang salah satunya mantan anggota Kopassus. Penyerangan tersebut bermotif tindakan reaktif karena kuatnya jiwa korps dan membela kehormatan kesatuan.
Ketiga, serangan melibatkan sebanyak 11 orang terdiri dari 1 orang eksekutor berinisial U, 8 orang pendukung yang menggunakan dua unit kendaran Avanza biru, Suzuki APV hitam, dan 2 orang menggunakan kendraan Daihatsu Feroza yang berusaha mencegah tindakan rekan-rekannya tersebut. 11 orang terdapat 3 orang yang berasal dari daerah latihan Gunung Lawu.
Empat, serangan tersebut menggunakan 6 pucuk senjata terdiri dari 3 pucuk jenis AK-47, dua pucuk AK 47 replika yang dibawa dari daerah latihan. Satu pucuk pistol Sig Sauer replika.
Lima, penyerangan tersebut merupakan tindakan seketika yang dilatari jiwa korps dan membela kehormatan kesatuan setelah mendapat berita pembunuhan sadis, brutal oleh kelompok preman terhadap anggota Kopassus, jabatan bintara pleton, atasan langsung pelaku yang juga pernah berjasa menyelamatkan jiwa pelaku saat melaksanakan operasi.
Dilatarbelakangi oleh pembacokan Sertu Sriyono yang merupakan rekan pelaku saat latihan komando.
Keenam, dilatarbelakangi jiwa korps yang kuat, roh militer. Namun penerapan tersebut adalah penerapan jiwa yang tidak tepat.
Ketujuh, pelaku menyatakan dengan penuh kesadaran siap mempertanggungjwabkan apapun risiko atas dasar kehormatan prajurit kesatria.
Kedelapan, atas dasar investigasi, proses hukum selanjutnya akan dilaksanakan pusat Polisi Militer Angkatan Darat (Puspom AD).
Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigjen Rukman Ahmad, juga memberikan pernyataan mengenai berbagai kesimpang siuran atas peristiwa di Lapas Cebongan, Sleman
Pengungkapan peristiwa cebongan, kata dia, dilandasi oleh kebijakan Kepala Staf AD yang bertekad untuk menyampaikan kejujuran dan keterbukaan TNI AD kepada masyarakat. Pada kesempatan ini secara berurutan, kata Rukman, akan disampaikan beberapa hal:
Pertama, peristiwa di Lapas pada 23 Maret 2013 dini hari. Kedua, sejak peristiwa tersebut TNI AD secara terus memantau pemberitaan di media terutama informasi yang disampaikan pihak kepolisian berupa perkembangan hasil penyidikan oleh mereka.
Sehubungan dengan hasil tersebut, KSAD membentuk tim investigasi, beranggotakan 9 orang, memerintahkan Brigjen Unggul K Yudhoyono sebagai Ketua Tim.
Kemudian 29 Maret 2013, KSAD memberikan pernyataan pers tentang pembentukan Tim Investigasi, dan mulai bekerja.
Selama enam hari, Tim Investigasi telah melaksanakan penyelidikan ke berbagai tempat, 25 orang, Lapas, Korem dan di Grup Dua Kopassus Kartosuro.
Tim investigasi, kata dia, berkoordinasi dan komunikasi dengan kepolisian dalam rangka menyempurnakan informasi yang diperoleh. Pada 2 April tim investigasi telah melaksanakan pertemuan dengan Kepolisian di Polda DIY dan diterima langsung Kapolda DIY.
Bercermin pada kasus OKU, tim investigasi bekerja dengan cepat dan berupaya mencapai hasil sebaik-baiknya, selengkap-lengkapnya, dan akan transparan ke masyarakat. "Sore ini setelah bekerja maraton 6 hari, hasil investigasi disampaikan oleh Ketua Tim," kata Rukman.
Rating Artikel: 100% based on 9999 ratings. 99 user reviews.
No comments:
Post a Comment